Kisah Petugas Kremasi Jenazah Corona, Dijauhi dan Dilarang Bertemu Keluarga

Minggu, 04 Oktober 2020 | 19:32 WIB
Kisah Petugas Kremasi Jenazah Corona, Dijauhi dan Dilarang Bertemu Keluarga
Ilustrasi dikremasi [Emily Marie Wilson / Shutterstock.com]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Seorang pria di India tetap memilih untuk menjadi petugas kremasi jenazah pasien Covid-19 meski ia dijauhi oleh sekelilingnya dan dilarang bertemu dengan keluarga.

Menyadur India Times, Minggu (4/10/2020), Ramananda Sarkar mengaku tak punya pilihan lain. Alasan yang paling kuat untuk membuatnya bertahan menggeluti profesi ini adalah kondisi ekonomi keluarga.

Pria berusia 43 tahun ini terlilit utang. Belum lagi ia harus menghidupi tiga anak dan istrinya yang tinggal di sebuah desa terpencil di negara bagian Assam.

Berawal dari usaha untuk mencari penghasilan lebih guna membayar pinjaman modal berdagang jus tebu dengan gerobak kayu yang tak berjalan lancar, Sarkar kini menjadi petugas kremasi khusus pasien Covid-19 yang berada di bawah naungan pemerintah kota.

Baca Juga: Dituding Dukun Ilmu Hitam, Dua Orang Dipenggal dan Dibakar Massa

Meski kini mendapatkan sumber penghasilan tetap, namun hal tersebut tak serta merta membuat hidup Sarkar lebih mudah, terutama soal bersosialisasi dengan lingkungan sekitar.

Warga di kampungnya belakangan menjauhi pria ini lantaran ia bekerja mengurus jasad orang yang terinfeksi virus corona. Acapkali ia dihina.

Di awal-awal, ayah tiga anak ini bahkan diminta untuk melakukan karantina ketat di bawah pemerintah negara bagian. Namun, akhirnya diizinkan kembali lantaran tak ada orang lain yang bersedia menggantikan pekerjaannya.

"Saya tidak mengerti mengapa orang membenci saya. Hanya karena saya membakar mayat? Jika saya tidak melakukan ini, lalu siapa lagi," ujar Sarkar.

Berbekal masker yang selalu menutup mulutnya yang senantiasa melantunkan doa, pria ini sehari-hari mengkremasi jenazah yang dibawa oleh segelintir kerabat yang memakai setelan alat pelindung diri.

Baca Juga: Update Covid-19 Dunia: India Klaim Kasus Kematian Terendah di Dunia

Proses ini digambarkan sebagai tergesa-gesa, dilakukan dengan ritual minimal di bawah pedoman pemerintah negara bagian.

Sarkar mengatakan telah mengkremasi lebih dari 450 jenazah pasien virus corona. Terlepas dari perannya yang sangat vital, kehidupan pria ini disebutkan tak kunjung membaik, malah semakin buruk.

Pemilik rumah yang ia sewa, langsung menyuruh Sarkar untuk angkat kaki setelah mengetahui profesinya. Beruntung, ada seorang pejabat distrik yang mau memberikan tumpangan.

Tak sampai di sini, Sarkar juga dilarang kembali ke desa untuk bertemu keluarganya. Awalnya larangan hanya berasal dari kepala desa, tapi belakangan para warga juga menunjukkan sikap penolakan.

Satu setengah bulan tak bersua dengan istri dan anak, Sarkar baru-baru ini lantas nekat menyelinap ke desanya. Saat itu tengah malam dan hujan, ia meminta keluarganya untuk menemuinya di luar rumah.

Keluarga kecil ini akhirnya bertemu, hanya 15 menit. Sebelum pulang, ia tak lupa memberikan sejumlah uang untuk istri dan anak-anaknya.

"Saya tidak ingin anak saya menjadi kremator seperti saya. Saya ingin mereka bersekolah dan menjadi manusia yang baik serta mendapatkan rasa hormat dari masyarakat," katanya.

"Bukan seperti saya yang harus menemui keluarganya dalam kegelapan," imbuhnya.

Dalam perjalanan kembali ke kota, kenangnya, Sarkar memutuskan untuk beristirhat di sebelah kuil, tapi niatnya itu harus diurungkan lantaran si penjaga menyuruhnya pergi.

Terlepas dari risiko infeksi, Sarkar menyebut akan terus menyalakan tumpukan kayu pemakaman bagi mereka yang kehilangan nyawa akibat virus corona. Ia akan memberikan penghormatan sebaik mungkin.

"Saya mungkin meninggal karena Covid-19, tapi saya tidak peduli. Saya akan melakukan pekerjaan saya dengan tulus sampai akhir," tandasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI