Suara.com - Politisi Ferdinand Hutahaean angkat bicara mengenai isu majunya eks Panglima TNI Gatot Nurmantyo disandingkan dengan Gubernur DKI Jakarta anies Baswedan di Pilpres 2024. Ia memberikan sindiran menohok untuk keduanya.
Sindiran itu disampaikan oleh Ferdinand melalui akun Twitter miliknya @ferdinandhaean3.
"Orang gagal bagaimana mau bisa dahsyat?" kata Ferdinand seperti dikutip Suara.com, Minggu (4/10/2020).
Sebelumnya, Ahli Hukum Tata Negara Refly Harun memprediksi nama Gatot Nurmantyo akan diperhitungkan pada Pilpres 2024.
Baca Juga: Potensial Maju Pilpres 2024, Duet Gatot Nurmantyo dan Anies Bakal Dahsyat
Pasalnya, nama Gatot yang merupakan Presidium Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) belakangan semakin dikenal usai mendapatkan penolakan di sejumlah wilayah.
Ia memprediksi Gatot jika dipersatukan dengan Anies maka akan dahsyat.
Mereka akan menjadi simbol perlawanan terhadap rezim Jokowi.
Refly sendiri merupakan salah satu tokoh yang ikut mendeklarasikan KAMI.
Ferdinand menyindir pernyataan Refly Harun yang memuji secara berlebihan bagian dari kelompoknya sendiri.
Baca Juga: Tengku: KAMI Dilarang karena Covid, Gimana Penumpang Angkot Duduk Dempet?
"Ketika seseorang menilai dirinya sendiri, maka menjadi wajar penilaian tak objektif dan bahkan memberi nilai melebihi kualitas dan kapabilitas," ungkap Ferdinand.
"Tapi jika untuk sekedar propaganda opini, bolehlah Refly jadi buzzer kedua orang ini," imbuhnya.
Duet Gatot-Anies Dahsyat
Refly Harun memprediksi jika Gatot dipersatukan dengan Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan di Pilpres 2024 maka tentu akan menjadi pasangan dahsyat.
nama Gatot Nurmantyo yang tergabung dalam Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) dan mendapatkan penolakan di berbagai tempat mulai melonjak dan terus meningkat.
Gatot diprediksi akan menjadi sosok yang diperhitungkan untuk maju di Pilpres 2024.
Terlebih, Gatot merupakan seorang purnawirawan TNI berpangkat jenderal. Hal itu akan memberikan keuntungan tersendiri bagi Gatot.
"Tentu akan dahsyat kalau Gatot dan Anies dipersatukan, misalnya sebagai simbol perlawanan dari rezim," ungkap Refly.
Meski demikian, yang menjadi persoalan adalah siapa diantara Gatot dan Anies yang bersedia menjadi wakil.
Pasalnya, dalam benak psikologis mereka, baik Anies maupun Gatot harus menjadi orang nomor satu, bukan wakil.
"Persoalannya siapa yang mau menjadi nomor dua," imbuh Refly.