Potensial Maju Pilpres 2024, Duet Gatot Nurmantyo dan Anies Bakal Dahsyat

Minggu, 04 Oktober 2020 | 14:05 WIB
Potensial Maju Pilpres 2024, Duet Gatot Nurmantyo dan Anies Bakal Dahsyat
Eks Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo. [Dok TNI]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Ahli Hukum Tata Negara Refly Harun menilai eks Panglima TNI Gatot Nurmantyo potensial maju di Pilpres 2024.

Ia memprediksi jika Gatot dipersatukan dengan Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan di Pilpres 2024 maka tentu akan menjadi pasangan dahsyat.

Hal itu disampaikan oleh Refly melalui kanal YouTube miliknya Refly Harun bertajuk 'Gatot Nurmantyo Gantikan Prabowo!!!'.

Refly menjelaskan, keputusan Prabowo Subianto merapat ke pemerintahan Jokowi-Maruf Amin sebagai Menteri Pertahanan menyisakan ceruk kosong.

Baca Juga: Ruhut: Mas Gatot Nurmantyo Salah Bergabung di KAMI

Banyak para pendukung kecewa dengan keputusan Prabowo kemudian beralih mendukung Anies Baswedan sebagai pengganti Prabowo.

"Ceruk kosong yang ditinggalkan Prabowo sejauh ini Anies Baswedan yang mengisi. Pendukung Prabowo yang kecewa menjagokan Anies yang dianggap sebagai simpol perlawanan the establishment rezim Jokowi," kata Refly seperti dikutip Suara.com, Minggu (4/10/2020).

Di sisi lain, nama Gatot Nurmantyo yang tergabung dalam Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) dan mendapatkan penolakan di berbagai tempat mulai melonjak dan terus meningkat.

Gatot diprediksi akan menjadi sosok yang diperhitungkan untuk maju di Pilpres 2024.

Terlebih, Gatot merupakan seorang purnawirawan TNI berpangkat jenderal. Hal itu akan memberikan keuntungan tersendiri bagi Gatot.

Baca Juga: Mengapa Gatot Dihadang Komandan Kodim, Bukan Polisi? Ini Kata Rocky Gerung

"Tentu akan dahsyat kalau Gatot dan Anies dipersatukan, misalnya sebagai simbol perlawanan dari rezim," ungkap Refly.

Meski demikian, yang menjadi persoalan adalah siapa diantara Gatot dan Anies yang bersedia menjadi wakil.

Pasalnya, dalam benak psikologis mereka, baik Anies maupun Gatot harus menjadi orang nomor satu, bukan wakil.

"Persoalannya siapa yang mau menjadi nomor dua," imbuh Refly.

Menurut Refly, kondisi tersebut serupa dengan kondisi yang terjadi pada Pilpres 2009 lalu.

Kala itu, Prabowo harus melakukan negosiasi dengan Megawati Soekarnoputri untuk maju ke Pilpres.

Dari hasil negosiasi tersebut, akhirnya Prabowo memilih menjadi wakil presiden mendampingi Megawati.

"Itu bisa terjadi karena keduanya kepepet, keduanya tak bisa maju kalau mereka tidak bersatu. Akhirnya Prabowo mengalah dan Megawati maju," tutur Refly.

Simak video selengkapnya di sini.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI