Viral Cerita Santri Meninggal karena Prosedur Penanganan Covid-19

Jum'at, 02 Oktober 2020 | 20:49 WIB
Viral Cerita Santri Meninggal karena Prosedur Penanganan Covid-19
Dua petugas medis berseragam alat pelindung diri (APD) dua wanita yang wajahnya tertutup masker pada pukul 23.30 WIB, tiba di gedung isolasi RSUP Adam Malik, Medan, Selasa (17/3/2020). (ANTARA/Nur Aprilliana Br Sitorus)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sebuah curhatan keluhan tentang pelayanan sebuah rumah sakit kepada keponakannya. Ia menyayangkan tindakan yang didapatkan keponakannya yang jatuh namun diberi penanganan covid-19.

Unggahan itu dibagikan oleh AR ke sebuah grup Facebook berbasis kota di Jawa Timur. Ia menceritakan jika keponakannya yang merupakan seorang santri baru saja mendapat kecelakaan jatuh di pesantren tempatnya menimba ilmu.

"Ponakan saya habis jatuh, dibawa ke bidan, dikasih obat, sudah membaik. Sampai jam 12 siang akhirnya kejang-kejang karena panik pihak keluarga saya membawanya ke salah satu rumah sakit di M (menyebut kota)," tulis dia mengawali ceritanya.

Ia menyayangkan pelayanan yang diberikan rumah sakit itu kepada keponakannya.

Baca Juga: Tambah 1.098 Pasien Hari Ini, Jumlah Positif Corona DKI Capai 76.619 Kasus

"Di RS tersebut penanganannya agak lelet, ponakan saya tidak dirawat secara maksimal padahal kondisinya tidak sadarkan diri. Dalam keadaan tidak sadarkan diri malah test swab," lanjut dia.

Saat diuji usap itulah, petaka terjadi. Proses pengambilan sampel dengan memasukkan sebuah alat ke rongga tenggorokan itu membuat si anak menggeliat kesakitan hingga menimbulkan pendarahan ringan.

Unggahan soal santri meninggalkarena penanganan covid. (Facebook)
Unggahan soal santri meninggalkarena penanganan covid. (Facebook)

"Saya sempat adu mulut dengan pihak keluarga saya karena merasa kurang puas dengan penanganan di rumah sakit tersebut," curhatnya.

Usai keponakannya mengalami pendarahan ringan, AR menceritakan bahwa pihak rumah sakit segera memberi suntikan penenang.

Namun, keponakannya kembali mengalami kejang-kejang.

Baca Juga: Di Dalam Rumah, Protokol Kesehatan Tetap Harus Diterapkan

"Dikasih suntikan hingga kembali tenang. Sekitar Maghrib, keponakan saya kejang lagi. Keluarga menilai penanganan rumah sakit kurang maksimal, sehingga minta dirujuk ke rumah sakit lain," terang dia.

Ternyata kendala yang dihadapi keluarga AR tak serta merta berhenti. Mereka menghadapi kesulitan proses rujukan dari rumah sakit tersebut.

"Proses rujukan jadi lama karena keluarga menolak menandatangani surat pernyataan tersebut. Keluarga tetap menolak tanda tangan, lalu minta rujuk paksa," kata dia.

Malangnya, usai berhasil mendapat rujukan, keponakan AR menghembuskan napas terakhirnya ketika dalam perjalanan ke rumah sakit rujukan.

"Keponakan saya akhirnya meninggal dunia dalam perjalanan ke RS G sekitar jam 10 malam. Jenazah langsung dimakamkan tanpa protokol Covid-19," tukas dia.

Cerita itu sontak membuat warganet khawatir dan prihatin dengan peristiwa yang dialami keluarga AR.

"Ya Allah, kemarin-kemarin cuma dengar-dengan kalu di RS disuruh tanta tangan covid-19. Ternya ta benar, pokoknya sekarang semua hati-hati kalau disuruh tanta tangan di RS meskipun terbutu-buru dibaca dahulu. Turut berduka lur.. semoga diterima di sisi-Nya, keluarganya idberi ketabahan," komentar pemilik akun @dev***.

"Bukan rahasia lagi mas. Rata-rata yang ke RS cerita seperti itu. Disuruh tanda tangan covid. Enggak kasihan korbannya anak-anak kta. Enggak boleh sekolah. Innalillahi wainnailaihi rojiun. semoga khusnul khotimah," tulis @Anindya******.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI