Suara.com - DKI Jakarta mengalami inflasi sebesar 0,02 persen pada September 2020. Faktor terbesar penyumbang inflasi adalah kenaikan tarif perguruan tinggi.
Kepala Badan Pusat Statistik atau BPS DKI Jakarta, Buyung Airlangga mengatakan bahwa pada September iuran Perguruan Tinggi naik sebesar 0,11 persen. Tarif yang naik ini bertepatan dengan pergantian tahun ajaran baru.
"Apa yang menyumbang inflasi pada September? Pertama adalah iuran untuk perguruan tinggi yang naik sebesar 0,11 persen," kata Buyung dalam siaran pers melalui akun youtube BPS, Kamis (1/10/2020).
Selanjutnya yang menyebabkan terjadinya inflasi adalah perhiasan emas. Komiditi ini mengalami kenaikan sebesar 0,03 persen pada September.
Baca Juga: Widih! Harga Emas Melejit, Minat Pembelian Perhiasan di Jepara Tinggi
Sementara komiditi ketiga yang membuat Jakarta mengalami inflasi ialah kenaikan harga bawang putih sebesar 0,01 persen.
"Kemudian perhiasan dan emas naik 0,03 persen, dan bawang putih 0,01 persen. Itu lah 3 komoditi yang menyumbang inflasi tertinggi," ujarnya.
Lalu ada juga komoditi yang menyumbang inflasi terendah bahkan sampai deflasi. Pertama adalah telur ayam ras dengan angka deflasi 0,02 persen.
"Daging ayam ras turun -0,04 persen, dan angkutan udara turun sebesar 0,07 persen," tuturnya.
Sebelumnya, Buyung Airlangga mengatakan angka inflasi Jakarta pada September diketahui setelah pihaknya melakukan survei. Tidak sendiri, kota penyangga sekitar Jakarta, yakni Bogor dan Depok juga mengalami inflasi.
Baca Juga: Shireen Sungkar Luncurkan Koleksi Perhiasan Emas
"Inflasi Jakarta pada september 0,02 persen, diikuti inflasi di Depok 0,02 persen, Bogor 0,11," ujar Buyung.
Sementara dua kota lainnya, yakni Tangerang dan Bekasi mengalami deflasi. Untuk Tangerang -0,07 dan Bekasi -0,03 persen.
"Dari empat kota yang mengelilingi DKI, dua mengalami inflasi dan dua mengalami deflasi," jelasnya.