Erick Thohir Mengaku Tak Bahagia jadi Menteri BUMN: Bebannya Sangat Berat

Kamis, 01 Oktober 2020 | 15:34 WIB
Erick Thohir Mengaku Tak Bahagia jadi Menteri BUMN: Bebannya Sangat Berat
Menteri BUMN Erick Thohir di acara Kick Andy. (YouTube/metrotvnews)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Menteri BUMN Erick Thohir menceritakan kisahnya selama menjabat sebagai seorang pembantu presiden menjalankan roda pemerintahan.

Ia mengaku tidak bahagia mengemban jabatan sebagai seorang menteri BUMN.

Pengakuan itu ia ungkapkan ketika menjadi narasumber acara Kick Andy Metro TV yang tayang pada Selasa (29/9/2020).

Menteri Erick mengaku butuh waktu untuk bisa menyesuaikan diri dengan situasi pemerintahan. Pasalnya, ia menjelaskan jika background yang ia miliki sebagai pebisnis sangat berbeda dengan situasi politik yang ia jalani.

Baca Juga: Pilkada Dilanjut, Epidemiolog UI: Jokowi Cabut Dulu Status Bencana Nasional

"Setelah ASEAN Games, setelah TKN (Tim Kampanye Nasional) balik lagi ke bisnis itu enggak gampang. Pola pikirnya enggak nyambung, saya perlu waktu sebulan buat adjust (menyesuaikan)," kata Erick dilansir Suara.com, Kamis (1/9/2020).

Erick menceritakan ia harus melepaskan banyak pekerjaan ketika menerima jabatan sebagai menteri.

Lalu ia memutuskan untuk bergabung dalam Kabinet Indonesia Maju membantu Presiden Joko Widodo yang terpilih kembali pada tahun 2019 lalu.

"Lagi asyik-asyiknya waktu itu, saya dipanggil. Saya jelaskan bagaimana bagusnya kalau Bapak Presiden punya tim ekonomi yang juga berbeda, bukan seperti KADIN atau HIPMI," kisah Erick menceritakan awal dirinya dipanggil Presiden.

Erick mengaku dirinya lebih memilih menjadi Komite Ekonomi Nasional (KEN) dibanding jadi menteri. Namun, Presiden saat itu langsung menunjuknya menjadi menteri tanpa menyediakan pilihan lain.

Baca Juga: Erick Thohir Bubarkan 14 BUMN, Arya Sinulingga: Masih Lama

"Untuk BUMN, beliau menyampaikan, 'Pak Erick, sudah waktunya BUMN ini dikelola secara transparan revisional, efisien, dan bisa menciptakan daya saing'" kata Erick menirukan arahan dari Presiden Jokowi.

Menyimak penjelasan Erick, Andy F Noya tergelitik melontarkan pertanyaan.

"Anda bahagia enggak jadi menteri?" tanya Andy.

"Bebannya sangat berat," jawab Erick.

"Tunggu dulu, itu artinya Anda enggak bahagia jadi menteri?" tanya Andy lagi.

"Kalau dibilang sih enggak, karena tekanan di sana-sini. Ini jujur lah," jelas Erick terang-terangan sambil terkekeh.

Ia menjelaskan setelah menjabat sebagai menteri, Erick kehilangan beberapa teman yang selama ini mengelilinginya.

"Teman berguguran, dibilang jahat," ujar Erick.

Andy F Noya kemudian bertanya soal tolok ukur kebahagiaan dengan mengaitkannya dengan gaji sebagai Menteri BUMN.

"Gaji Anda berapa sih, jadi menteri ini?" tanya Andy.

"Alhamdulillah Rp 19 juta," jawab Erick.

Jumlah itu diakui Erick sudah merupakan nilai total yang ia terima per bulannya sebagai menteri.

"Tunjangannya?" tanya Andy lagi.

"Enggak ada. Saya rasa enggak saya aja, mayoritas menteri kayaknya nombok deh," tukas Erick berseloroh.

Ia lantas menegaskan jika mengemban tugas sebagai menteri adalah sebuah amanah yang harus dijalankan.

"Bahagia atau tidak bahagia, kita harus compensate dengan hasil. Kalau hasilnya baik, insya Allah pasti bahagia," ia memungkasi.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI