Suara.com - Otoritas Vanuatu memberikan tanggapan atas komentar bernada rasis dalam bahasa Indonesia di media sosial yang mempromosikan pariwisata negaranya.
Vanuatu Tourism Office mengatakan, pihaknya yakin telah menjadi target "perilaku tidak otentik yang terkoordinasi" di sejumlah akun media sosial mereka, seperti Facebook dan Instagram.
Ratusan komentar yang bernada rasis dan bermuatan politis diberikan di unggahan foto-foto yang mempromosikan budaya Vanuatu.
Banyak komentar bahkan ditemukan di foto-foto yang sudah diunggah sejak Juli.
Baca Juga: Profil Silvany Austin Pasaribu, Diplomat RI Pembungkam Vanuatu
Kepada program ABC Radio Pacific Beat, Nick Howlett, manajer komunikasi Vanuatu Tourism Office mengatakan pihaknya tidak terkejut dengan ratusan komentar yang mereka terima.
Nick menjelaskan meskipun tidak sering terjadi, tapi komentar-komentar serupa pernah mereka lihat sebelumnya setiap kali pemimpin atau politisi Vanuatu mengangkat masalah Papua.
"Beberapa di antaranya terlihat sebagai perilaku tidak autentik yang terkoordinasi, karena tidak terlihat asli … dan tidak merefleksikan tindakan yang biasanya terjadi."
Ada dugaan jika banyak akun yang memberikan komentar sebagai akun yang baru dibuat atau akun bot, karena mereka belum mengunggah foto di profil mereka atau bahkan tak memiliki 'follower' sama sekali.
Bulan Oktober tahun lalu, Facebook dan Instagram menghapus akun-akun dari Indonesia yang juga mereka sebut memiliki "perilaku tidak otentik".
Baca Juga: Diplomat Muda Silvany Tanggapi PM Republik Vanuatu, Veronica Ikut Gemas
Sebelumnya, Facebook dan twitter telah menutup sejumlah akun bot yang dianggap menjalankan propaganda Indonesia untuk membantah adanya pelanggaran hak asasi manusia di Papua.
Tapi dari pantauan ABC Indonesia, mereka telah menonaktifkan kolom komentar di akun Instagram-nya.
"Kami adalah negara demokrasi … kami juga menerima orang Indonesia, bukan kebijakan kita untuk mengecualikan orang," ujar Nick. [Laporan tambahan oleh Erwin Renaldi/ABC]