Sebelum menjadi pembunuh yang mengerikan, Shiraishi bekerja sebagai pengintai di rumah bordil yang terletak di distrik Kabukicho.
Dalam wawancara dengan harian Mainichi Shimbun, Shiraishi mengatakan dia tidak setuju dengan pengacaranya dan akan memberitahu jaksa bahwa dia telah "membunuh tanpa persetujuan".
Ada luka memar di bagian belakang kepala korban. Artinya tidak ada persetujuan dan saya lakukan agar mereka tidak melawan, katanya dalam komentar yang dipublikasikan Rabu.
Shiraishi ditahan tiga tahun lalu oleh polisi yang menyelidiki hilangnya seorang wanita berusia 23 tahun yang dilaporkan berkicau tentang keinginan bunuh diri.
Setelah dia hilang, saudara laki-lakinya rupanya mendapatkan akses ke akun Twitter-nya, dan melihat hal yang mencurigakan.
Setelah ditelusuri polisi, kenyataan mengerikan akhirnya terungkap. Saat mendatangi rumah Shiraishi pada 2017, petugas menemukan sembilan mayat yang terpotong-potong menjadi 240 bagian.
Potongan tubuh itu disimpan dalam pendingin dan kotak peralatan dan telah ditaburi kotoran kucing untuk menyembunyikan bukti.