Suara.com - Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia mengimbau kepada masyarakat untuk tidak memubazirkan makanan terlebih saat pandemi Covid-19 seperti sekarang ini.
Menandai Hari Kesadaran Internasional pertama tentang Limbah dan Pemborosan Pangan pada hari Selasa (29/9),
Food and Agriculture Organization (FAO) meminta dukungan publik untuk memperkuat upaya membendung meningkatnya kekurangan pangan.
Menyadur Anadolu Agency, Rabu (30/9/2020) perwakilan FAO di Turki, Viorel Gutu, mengatakan bahwa masyarakat perlu mengubah dan menyeimbangkan kembali cara makanan diproduksi dan dikonsumsi, terutama saat pandemi Covid-19 seperti sekarang ini.
Memperhatikan bahwa limbah dan pemborosan makanan menjadi topik diskusi yang meningkat dalam beberapa tahun terakhir, Gutu mengatakan Sidang Umum PBB mengumumkan pada 19 Desember 2019 sebagai Hari Kesadaran Internasional tentang Limbah dan Pemborosan Pangan.
Baca Juga: Apes! Eks WAGs Timnas Turki Gagal Bunuh Suaminya karena Hal Tak Terduga
Gutu mencatat bahwa FAO berusaha untuk meminta bantuan dari sektor publik dan swasta untuk mencegah pemborosan dan limbah pangan dan memastikan ketersediaan pangan untuk semua yang terkena dampak virus corona.
Gutu juga menjelaskan bahwa makanan yang dibuang ke tempat pembuangan sampah melepaskan gas rumah kaca dan berkontribusi pada perubahan iklim.
"Itulah alasan mengapa tema pertama dari peringatan baru ini adalah 'Hentikan limbah dan pemborosan pangan. Untuk manusia. Untuk planet ini.'" jelas Gutu.
"Ketika makanan terbuang, semua sumber daya yang digunakan untuk menghasilkan makanan ini - termasuk air, tanah, energi, tenaga kerja dan modal - disia-siakan." ujar Gutu merunjuk pada pentingnya mengurangi limbah makanan di dunia.
Gutu menggarisbawahi bahwa sekitar 14% dari makanan yang diproduksi secara global untuk konsumsi setiap tahun hilang bahkan sebelum mencapai pasar grosir.
Baca Juga: 4 Potret Yagmur Sarnic, Eks WAGS Timnas Turki yang Rencana Bunuh Suaminya
"Nilai moneter dari kerugian pangan lebih dari 400 miliar dolar, hampir setara dengan PDB Austria." jelas Gutu.
FAO juga menekankan bahwa pandemi Covid-19 menunjukkan perlunya mengubah dan menyeimbangkan kembali cara makanan diproduksi dan dikonsumsi.
"Tindakan terkait virus mengakibatkan hilangnya pasar bagi produsen dan distributor, membuat situasi menjadi lebih menantang saat berurusan dengan limbah makanan tingkat tinggi." ujar Gutu.
Menurut FAO, Covid-19 berdampak negatif pada pendapatan dan mata pencaharian produsen kecil, terutama di negara berkembang.
"Oleh karena itu, kita perlu mewaspadai pentingnya isu limbah dan pemborosan pangan sekarang ini lebih dari sebelumnya untuk mempromosikan dan melaksanakan upaya global kita untuk mengatasinya," tambah Gutu.
Gutu juga mengatakan bahwa inovasi diperlukan untuk pengelolaan pasca panen dan akan melibatkan sektor swasta dan pemerintah untuk mengurangi kerugian.
"Saya yakin tidak ada tindakan yang benar-benar transformatif dan efisien jika tidak dilakukan secara kolektif," tegasnya.
Gutu mencatat bahwa dalam membangun inisiatif global Save Food, FAO berusaha berdialog antara industri, penelitian, pemerintah dan masyarakat sipil, dengan demikian memfasilitasi pengembangan langkah-langkah yang efektif.
Di bawah inisiatif, organisasi ini melaksanakan berbagai penelitian, pengembangan kapasitas, dan kegiatan dan proyek kesadaran di seluruh Eropa dan Asia Tengah.
Turki telah menerapkan kampanye peningkatan kesadaran yang signifikan, dengan fokus pada pencegahan pemborosan roti. Langkah tersebut menghasilkan penghematan 300 juta roti setiap tahun.