Pembatasan Covid-19, Jumlah Kehamilan Tak Terencana di Filipina Meningkat

Rabu, 30 September 2020 | 20:15 WIB
Pembatasan Covid-19, Jumlah Kehamilan Tak Terencana di Filipina Meningkat
Ilustrasi Ibu hamil. (shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Filipina melaporkan adanya peningkatan jumlah kehamilan di tengah tindakan pembatasan akibat pandemi virus corona.

Menyadur Strait Times, Selasa (30/9/2020), lonjakan angka kehamilan yang tak terencana dapat mencapai hampir 2,6 juta jika pembatsan pembatasan tetap dilakukan hingga akhir tahun nanti.

Hasil penelitian dari Institus Kependudukan Universitas Filipina menunjukkan karantina juga mengakibatkan 60 kematian tambahan ibu dalam satu bulan.

Pasalnya pembatasan membuat dua juta lebih perempuan di Filipina terhalang untuk mendapatkan akses kebutuhan keluarga berencana.

Baca Juga: Hari Ini Melejit 4.284 Kasus, Pasien Covid-19 RI Kini Tembus 287.008 Orang

"Angka-angka ini sendiri telah menjadi sebuah epidemi," kata Aimee Santos, petugas program gender badan PBB di Filipina pada sidang Senat, Selasa (29/9).

Ilustrasi virus corona, covid-19. (Pexels/@Anna Nandhu Kumar)
Ilustrasi virus corona, covid-19. (Pexels/@Anna Nandhu Kumar)

Kepala komite badan perempuan, Senator Risa Hontiveros mengatakan sebagian besar masalah perempuan dan anak-anak menjadi tak terlihat selama pandemi virus corona.

"Sudah waktunya untuk menempatkan mereka di depan dan di tengah," kata Risa.

Ia juga mendukung seruan agar lebih banyak pejabat perempuan yang ditempatkan di gugus tugas negara untuk menangani wabah Covid-19.

Negara yang memiliki populasi tertinggi kedua di Asia Tenggara ini mempertahankan ibu kota dalam pembatasan yang tak terlalu ketat hingga Oktober mendatang.

Baca Juga: Dampak di Balik Vaksin Covid-19, 500.000 Hiu Perlu Dibunuh Demi Squalene

Berdasarkan data Worldometers, Filipina mencatatkan 311.694 kasus infeksi vrius corona dengan 5.504 kematian.

Per Rabu, (30/9), ada 2.426 tambahan infeksi baru dan 58 kasus kematian baru, menjadikan negara dengan 108,4 juta penduduk ini mengalami dampak pandemi paling parah se-Asia Tenggara.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI