Suara.com - Orang yang mencoret-coret dinding dan merusak Alquran di Musala Darussalam, Pasar Kemis, Tangerang, Banten, Selasa (29/9/2020), sore, sudah ditangkap polisi. Namanya Satrio Katon Nugroho.
Sekarang ini, Satrio sedang menjalani proses pemeriksaan. Penyidik mendalami semua informasi yang dia sampaikan, termasuk pengakuan bahwa dia meyakini apa yang dilakukannya sebagai suatu kebenaran berdasarkan pemahamannya (sebagaimana ditulis sejumlah media).
Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Hidayat Nur Wahid menyebut radikal.
"Radikalnya pemuda yang sobek Alquran, gunting sajadah, dan coret-coret musala 'saya kafir' di Tangerang. Dia Yakin perbuatannya benar," kata Hidayat.
Baca Juga: Aksi Vandalisme Putranya di Musala Bikin Geger, Begini Reaksi Ibunda Satrio
Hidayat juga menyinggung sejumlah kasus yang dilakukan "kelompok radikal" yang terjadi di sejumlah daerah, yang terakhir penikaman terhadap ulama Syekh Ali Jaber di Bandarlampung.
"Kelompok “radikal” seperti ini di Dago rusak masjid dan teror Jemaah. Di Lampung tusuk syekh Ali Jaber yang good looking dan hafidh. Polisi?" kata politikus Partai Keadilan Sejahtera.
Aksi Satrio pantas saja menjadi sorotan tajam. Lihat saja, pada bagian dinding musala dia coret-coret dengan tulisan “Anti Khilafah,” “Anti Islam,” dan "Saya Kafir." Dia juga merusak Alquran dengan memakai tanda silang serta dilakban. Di dinding bagian yang lain, dia mencoret dengan tulisan “Islam Tidak Diridhoi.”
Dengan nada satire, anggota Komisi I DPR dari Fraksi Gerindra Fadli Zon menyebut pelaku sebagai orang gila, tetapi sudah terlatih.
"Bisa-bisa yang melakukan OGT (Orang Gila Terlatih). Paket "proyek teror"?" kata dia.
Baca Juga: Corat-coret Musala di Tangerang, Satrio Belajar Agama di YouTube
Politikus Partai Demokrat Ferdinand Hutahaean geram dengan perbuatan provokatif yang dilakukan Satrio.
"Seorang non muslim, tidak suka dengan sebutan kafir dan tak akan menyebut dirinya kafir karena itu menghina keimanannya. Yang suka gunakan kata kafir hanya kaum intoleran terhadap minoritas. Tak akan berani si kafir lakukan ini kecuali dia sinting dan nekat mati," kata Ferdinand.
Tetapi Ferdinand meyakini polisi akan bekerja sebaik-baiknya.
Ferdinand menekankan orang yang merusakan tempat ibadah tersebut, siapapun itu, harus dihukum seberat-beratnya.
Ferdinand menekankan bahwa dia ragu pelakunya orang kafir sebagaimana ditulis pada dinding.
"Ada dua yang membuat saya ragu pelakunya kafir. Pertama, tulisan 'Saya Kafir.' Non muslim tak mungkin dan tak suka sebut dirinya kafir. Kedua, tulisan 'Tidak Ridho,' kafir tak gunakan kata 'Ridho," katanya.