"Sempat minum kencing. Apa salahnya Buya Hamka? Imperialis? Kapitalis? Bukan, karena beliau menolak PKI, menolak komunis," tukasnya.
Wasekjend MUI tersebut lantas maju ke era tahun 1965. Ia menyebutkan bahwa waktu itu PKI yang dipimpin Aidit melakukan pemberontakan. Mereka yang dibunuh adalah ulama atau para tokoh agama.
Dalam hal ini, Tengku Zul menyinggung keterkaitan PKI dengan Nasakom buatan Bung Karno.
"Nasakom bersatu sejak tahun 1960. Tahun 1965 yang paling banyak dibunuh kyai dari NU sendiri, kawannya dari satu koalisi," kata Tengku.
"Kalau Bu Sukmawati tadi bilang di Rusia mereka membunuh para feodal, disini mereka membunuh kyai kok," imbuhnya.
Lebih lanjut lagi, Tengku Zulkarnain mengatakan bahwa sikap rezim ini berbahaya. Sebab, PKI yang memberontak pada tahun 1965 tersebut diadili di pengadilan negara.
"Kenapa saya bilang berbahaya? Karena PKI yang memberontak tahun 1965 itu dihukum di pengadilan negara. Pengadilan NKRI," tegasnya.
"Kalau bilang PKI biar aja mau betul mau salah kan berarti menampar wajah sendiri. Mahfud MD dan Rezim sekarang menampar wajah sendiri karena keputusan pengadilannya dikangkanginya sendiri," tukasnya keras.
Menurut Tengku Zul, seharusnya pemerintah sekarang ini ketika ada di media sosial tulisan soal PKI rekayasa Soeharto, pemerintah langsung menangkapnya. Sebab hal itu menyalahi peraturan pengadilan sebelumnya.
Baca Juga: Surat Nikah Soekarno Dijual Secara Online, Ini Klarifikasi Ridwan Kamil
"Harusnya pemerintah menangkap orang itu. Anda menentang pengadilan soal PKI. Tangkap dong jangan dibiarin. Banyak sekali ambigu di negeri ini sekarang," tegas Tengku.