Suara.com - Pemerintah mengatakan tracing sulit dilakukan secara massal karena masih adanya stigma negatif di masyarakat terhadap pasien yang terpapar virus corona. Sehingga, banyak orang yang menolak untuk dites corona.
Juru Bicara Satgas Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan stigma ini menjadi kendala utama tracing sulit dilakukan.
"Kendala terbesar saat ini adalah tracing atau pelacakan, karena banyaknya resistensi di masyarakat, di lapangan akibat adanya stigma masyarakat terhadap penderita Covid-19 yang harus dihindari," kata Wiku dalam konferensi pers dari Istana Negara, Selasa (29/9/2020).
Selain itu, Wiku juga menyalahkan pemberitaan negatif atau hoaks yang membuat pasien yang menjadi subjek tracing tak mau atau tidak percaya terhadap tes corona.
Baca Juga: Pemerintah Klaim Selalu Dengarkan Masukan Pakar soal Penanganan Covid-19
Oleh sebab itu, dia meminta masyarakat untuk bersikap kooperatif ketika akan dites corona demi meningkatkan pelaksanaan 3T yakni testing, tracing, dan treatment di Indonesia.
"Apa yang bisa dilakukan masyarakat? kita bisa memudarkan stigma itu, ingat musuh kita bukan saudara atau orang, musuh kita adalah virusnya, bersikap jujur dan suportif ketika dilakukan identifikasi kontak erat adalah hal yang sangat penting dalam mengefektifkan program 3T kita semuanya," imbuhnya.
Sebagai informasi, saat ini virus corona di Indonesia sudah menjangkiti 282.724 orang positif, 61.686 di antaranya dirawat, 210.437 sembuh dan 10.601 jiwa meninggal dunia.
Pemerintah baru berhasil memeriksa 3.276.402 spesimen dari 1.962.754 orang yang diperiksa sejak Maret 2020, sedangkan jumlah penduduk Indonesia adalah 273.642.512 penduduk.
Baca Juga: Pegawai Positif Corona, Kantor Sudinakertrans Jaktim Lockdown