Suara.com - Wawancara kursi kosong yang dilakukan Najwa Shihab untuk Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto, ternyata bukan kali pertama terjadi dalam dunia jurnalistik.
Format wawancara ini juga pernah dilakukan oleh beberapa pewawancara dalam program-program tertentu.
Hal ini diakui Najwa ketika menjelaskan alasannya melakukan wawancara kursi kosong bertajut #MataNajwaMenantiTerawan yang menghebohkan publik tersebut.
"Sejujurnya ini bukan ide yang baru-baru amat. Di negara dengan tradisi demokrasi dan debat yang lebih panjang dan kuat, misalnya Inggris atau Amerika, menghadirkan bangku kosong yang mestinya diisi pejabat publik sudah biasa," jelas Najwa melalui akun Instagram-nya, Selasa (29/9/2020).
Baca Juga: Pernyataan-Pernyataan Kontroversial Menkes Terawan
Seorang jurnalis Sky News, Kay Burley pernah melakukan hal yang sama ketika meliput isu pemilu di Inggris pada tahun 2019 lalu.
Ia seharusnya melakukan wawancara dengan Ketua Parta Konservatif James Cleverly, namun mendapat kendala padahal sebelumnya James mengatakan bersedia hadir.
"Dia mungkin berjarak 15 kaki dari tempat saya berdiri," kata Kay dikutip NPR.
Wawancara kursi kosong juga dilakukan oleh Andrew Nail, seorang jurnalis BBC.
Ia seharusnya mewawancarai Boris Johnson yang diundang dalam acaranya.
Baca Juga: Bukan Menteri Terawan, Tapi Hal Ini yang Dicemaskan Najwa Shihab
Menyadur BBC, saat itu Menteri Michael Gove sempat menawarkan diri untuk menggantikannya, namun Andrew mengatakan bahwa undangan tersebut hanya untuk para pemimpin.
Johnson menjelaskan acara ketidakhadirannya dikarenakan tidak bisa muncul di acara apa pun.
Sementara itu, Najwa Shihab sendiri menjelaskan alsannya memilih kursi kosong ketika seharusnya diisi oleh Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto.
Melalui akun pribadi dan akun resmi tayangan Mata Najwa, pihaknya telah berkali-kali mengundang sang menteri ke acaranya, namun undangan tersebut tak kunjung dihadiri Terawan.
Ia juga menolak format wawancara yang dilakukannya adalah sebuah format wawancara imajiner.
"Pertanyaan yang saya ajukan memang bukan imajiner dan saya juga tidak mengarang atau membuatkan jawaban-jawaban fiktif seolah-olah saya sudah berdialog dengan Pak Terawan; Pak Terawan juga sosok yang eksis dan hidup, sehingga Pak Terawan bisa menjawabnya kapan saja, bahkan sejujurnya boleh menjawabnya di mana saja," tukas Najwa.