Suara.com - Di tengah ramainya pembicaraan tentang isu komunisme dan ajakan nonton film Pengkhianatan Gerakan 30 September PKI tahun 1965 -- yang sudah menjadi semacam agenda rutin tahunan tiap bulan September -- politikus Partai Demokrat Ferdinand Hutahaean berharap agar bisa membedakan antara Partai Komunis Indonesia dan komunisme.
Sebelum bisa membedakan kedua hal itu, Ferdinand menyarankan untuk membaca buku-buku sejarah terlebih dahulu supaya bisa bicara secara tepat.
"Kalau belum bisa bedakan PKI dengan komunisme, dan belum bisa bedakan PKI sebagai organisasi dengan oknum anak PKI, ya sebaiknya banyak baca dulu biar tidak salah memahami substansi," kata Ferdinand.
"Ditanya PKI dimana nggak tahu, ditanya siapa yang jualan komunis? Jawabnya ada orang yang bangga jadi anak PKI. Duhh!"
Baca Juga: Nyanyian Lekra di Balik Sangkar Besi Perpustakaan Jogja
Menurut penjelasan Ferdinand, PKI bukan ideologi, tetapi partai atau organisasi. Yang ideologi adalah komunisme.
"Jelas komunisme sebagai ideologi tak akan mati meski semakin ditingggal oleh dunia. Tapi PKI, jelas sudah mati...!!" katanya.
Kendati sebagian orang belum bisa membedakan PKI dan komunisme, tetap saja ramai kalau membahas isu kebangkitan.
Beberapa waktu yang lalu, Ferdinand menanggapi pernyataan sosiolog dari Universitas Ibnu Chaldun, Musni Umar.
"Komunis tidak pernah mati, tapi PKI sudah mati Pak. Rusia dan Cina saja tidak murni lagi komunis. Agama sudah tumbuh di sana. Jadi nggak usah menakut-nakuti. Jangan samakan komunis di Rusia dan Cina dengan PKI yang pernah kudeta. Kenapa PKI dilarang? Karena melakukan pemeberontakan. Profesor kok begini," kata Ferdinand.
Baca Juga: Daerah Rawan Corona, Polres Magelang Raya Tak Izinkan Nobar Film G30S/PKI
Ferdinand juga pernah menanggapi pernyataan mantan Jenderal (purn) Gatot Nurmantyo yang mengatakan kebangkitan komunis tidak bisa dilihat, tetapi bisa dirasakan.
"Pak Gatot, apakah artinya bahwa PKI ini baru hantunya yang bangkit hingga tak bisa dilihat tapi bisa dirasakan? Padahal bahkan hantu saja tak bisa dirasakan, kenapa bisa-bisanya PKI hanya bisa dirasakan? Apakah ini memang soal perasaan seperti cinta terpendam kepada PKI?" kata Ferdinand.
Ferdinand menilai kalangan yang lebih memercayai isu kebangkitan komunis ketimbang intoleransi sebagai "hanya orang bebal."
"PKI masa lalu dan tinggal sejarah. Itupun tidak jernih sejarahnya hingga sekarang, apakah kudeta pada penguasa atau kudeta pada Pancasila," kata dia.
"Hanya orang bocoh bebal yang lebih takut dan khawatir pada masa lalu yang sudah mati daripada masa depan yang nyata-nyata terancam oleh kaum intoleran HT, ISIS, Al Qaeda," Ferdinand menambahkan.
Menurut Ferdinand sebenarnya membosankan terus menerus membicarakan isu tersebut. Itulah sebabnya, dia mengajak untuk membicarakan tema lain yang menyangkut pembangunan negeri.
"Bosan ah bicara PKI, pokoknya besok 30 September 2020, kibarkan bendera merah putih setengah tiang di rumah masing-masing, kita berduka bahwa PKI pernah membunuhi para jenderal kita 1965 silam, dan PKI meski sudah mati adalah musuh abadi bangsa. Lebih baik bicara membangun negeri!" kata Ferdinand.