Gunungan Sampah 25 Meter Runtuh, Gadis 12 Tahun Terkubur Hidup-hidup

Selasa, 29 September 2020 | 14:20 WIB
Gunungan Sampah 25 Meter Runtuh, Gadis 12 Tahun Terkubur Hidup-hidup
Tim penyelamat menggeledah TPA Pirana di Ahmedabad untuk mencari Neha Vasava. (AFP/Sam Panthaky)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Seorang gadis berusia 12 tahun di India terkubur hidup-hidup di tempat pembuangan sampah akhir (TPA). Hingga kini tim penyelamat masih terus melakukan pencarian.

Menyadur Channel News Asia, Selasa (29/9/2020), Neha Vasava tengah berada di puncak tumpukan sampah setinggi 25 hingga 30 meter ketika gunungan itu tiba-tiba runtuh.

Saat insiden ini terjadi pada Sabtu (26/9) sore, Vasava sedang bersama dengan seorang bocah laki-laki berusia enam tahun untuk mengais sampah.

"Anak laki-laki itu juga terkubur reruntuhan tapi karena kepalanya terlihat, penduduk setempat menyelamatkannya," ujar wakil kepala tugas pemadam kebakaran, MP Mistry.

Baca Juga: Ratusan Wanita di India Membelah Bukit untuk Membuat Saluran Air ke Desanya

Mistry menyebut operasi akan terus berlanjut hingga Vasava ditemukan.

Ilustrasi sampah menggunung [shutterstock]
Ilustrasi sampah menggunung [shutterstock]

Menurutnya, upaya penyelamatan cukup sulit mengingat tidak mudah bagi seseorang untuk bernapas dengan baik di sekeliling gunungan berton-ton sampah.

Terlebih ditambah dengan kehadiran kawanan anjing liar yang berkeliaran di TPA terbesar di Ahmedabad ini.

Tempat pembuangan sampah Pirana, yang menerima sekitar 3.500 ton sampah sehari dari kota berpenduduk 5,6 juta orang itu, merupakan rumah bagi beberapa ratus keluarga tak mampu yang bekerja sebagai pemulung.

Diperkirakan, empat juta orang India, banyak di antaranya yang anak-anak, bekerja dalam lingkungan kotor dan berbahaya sebagai pemulung, memilah-milah sampah untuk diambil logam atau bahan lain dan dijual.

Baca Juga: Pernikahan Beda Kasta Berujung Tragis, Pria Ini Dibunuh Keluarga Istrinya

Berdasarakan data dari UNICEF, lebih dari 41 juta anak berusia di bawah 12 tahun di Asia Selatan, dipaksa untuk bekerja.

Para ahli menyebut penguncian akibat virus corona semakin memperburuk masalah pekerja anak.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI