Suara.com - Presiden Filipina Rodrigo Duterte berang ketika sejumlah akun Facebook yang pro terhadap pemerintahannya dihapus dan mempertanyakan apa tujuan mereka di negaranya.
"Facebook, dengarkan saya," kata Duterte dalam pidato yang disiarkan di televisi pada Senin (28/9) disadur dari Channel News Asia.
"Kami mengizinkan Anda untuk beroperasi di sini dengan harapan Anda dapat membantu kami. Sekarang, jika pemerintah tidak dapat membantu atau mendukung sesuatu demi kebaikan rakyat, lalu apa tujuan Anda di negara saya?" ujar Duterte.
Pernyataan Presiden Duterte mengikuti langkah Facebook pada 22 September untuk membongkar jaringan akun palsu yang berasal dari China dan Filipina.
Baca Juga: Bikin Baper, Pasangan Filipina Foto Prewedding ala Crash Landing on You
Beberapa akun milik Partai Komunis Filipina dan sayap bersenjatanya, Tentara Rakyat Baru (NPA), menjadi sasaran utamanya.
Facebook mengaitkan beberapa akun palsu di Filipina dengan militer dan polisi, meskipun mereka membantah sebagai pemegang akun.
Tetapi pihak militer kemudian menyesalkan keputusan Facebook untuk menghapus halaman milik suatu kelompok yang meningkatkan kesadaran tentang perekrutan komunis. Konflik antara pemerintah Filipina dan NPA telah berkecamuk sejak 1968 dan menewaskan puluhan ribu orang.
"Apa gunanya membiarkan Anda melanjutkan jika Anda tidak dapat membantu kami? Kami tidak menganjurkan pemusnahan massal, kami tidak mendukung pembantaian. Ini pertarungan ide," kata Duterte.
"Jika Anda mempromosikan penyebab pemberontakan ... jika Anda tidak dapat mendamaikan gagasan tentang apa tujuan Anda, maka kita harus bicara." tegas Duterte.
Baca Juga: Tolak Vaksin Barat, Filipina Akan Gunakan Vaksin Rusia dan China
Facebook mengatakan sejumlah akun yang mereka identifikasi palsu dihapus karena dianggap terlibat dalam "perilaku tidak autentik terkoordinasi".
Platform seperti Facebook sudah menjadi medan pertempuran politik dan membantu Duterte memenangkan pemilihan presiden pada tahun 2016.
"Apakah ada kehidupan setelah Facebook? Saya tidak tahu," kata Duterte.