Suara.com - Sengketa di wilayah Nagorno-Karabakh antara Armenia dan Azerbaijan kembali memicu terjadinya pertempuran yang kekinian menewaskan 23 orang.
Sejumlah helikopter dilaporkan ditembak jatuh dan tank-tank dihancurkan ketika dua negara pecahan Uni Soviet bertempur di wilayah Nagorno-Karabakh.
Wilayah ini secara internasional diakui sebagai bagian dari Azerbaijan, tapi dikendalikan oleh etnis Armenia.
Ketika wilayah ini terpisah pada 1990an, puluhan ribu orang tewas dalam pertempuran.
Baca Juga: Serangan Tentara Armenia di Wilayah Azerbaijan Bikin Turki Murka
Perbedaan etnis dan kepercayaan yang ditekan di bawah rezim komunis, muncul dengan konsekuensi yang menghancurkan.
Pada Minggu (27/09), Presiden Azerbaijan, Ilham Aliyev, mengatakan dirinya yakin akan memperoleh kembali kendali atas wilayah tersebut
Darurat mliter telah diberlakukan di sejumlah wilayah Azerbaijan, di Armenia, serta di Nagorno-Karabakh.
Konflik di pegunungan Kaukasus ini tak pernah berkesudahan selama lebih dari tiga dekade, dengan sederet pertempuran.
Bentrokan di perbatasan pada Juli lalu mengakibatkan 16 orang tewas, yang kemudian memicu unjuk rasa terbesar selama bertahun-tahun di ibu kota Azerbaijan, Baku. Unjuk rasa ini berisi seruan untuk merebut kembali wilayah itu.
Baca Juga: Armenia Bombardir Azerbaijan, Presiden Aliyev: Para Korban Adalah Syuhada
Konflik apa pun dapat mengguncang pasar karena wilayah Kaukasus selatan dilintasi jalur pipa yang membawa minyak dan gas alam dari Laut Kaspia ke pasar dunia.
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, berjanji mendukung Azerbaijan selama krisis baru terbaru, sementara Rusia yang secara tradisional dipandang sebagai sekutu Armenia, meminta pemberlakuan gencatan senjata dan pembicaraan untuk mendinginkan situasi.
Disemangati oleh dukungan Turki?
Oleh Rayhan Demytrie, koresponden BBC Kaukasus
Pertempuran hari Minggu kemarin yang menggunakan senjata berat merupakan ketegangan paling serius dalam beberapa tahun terakhir.
Sudah sangat umum, dalam konflik berkepanjangan ini, masing-masing pihak saling menuduh pelepas tembakan pertama. Apa yang kita lihat ini bukan hanya aksi militer tapi juga sebuah perang informasi. Sulit untuk memverifikasi informasi resmi secara independen.
Klaim Azerbaijan bahwa mereka telah "membebaskan" wilayah yang dikuasai Armenia telah dibantah oleh pemerintah Armenia.
Begitu juga, klaim Armenia bahwa mereka telah menyebabkan kerusakan besar terhadap pasukan Azerbaijan, telah dibantah oleh Azerbaijan.
Selain itu, pemerintah Azerbaijan telah membatasi penggunaan internet di dalam negeri, khususnya akses pada media sosial.
Dukungan Turki kemungkinan telah menguatkan Azerbaijan. Pada Agustus lalu, menteri pertahanan Azerbaijan mengatakan, dengan dukungan dari militer Turki, Azerbaijan akan memenuhi "tugas suci" - dengan kata lain, merebut kembali wilayah yang hilang.
Bagaimana pertempuran ini bermula?
Menteri pertahanan Armenia mengatakan sebuah serangan pada permukiman warga di Nagorno-Karabakh, termasuk di ibu kota daerah Stepanakert, terjadi pukul 08:10 waktu setempat (04:10 GMT) pada Minggu (27/09).
Seorang perempuan dan anak dibunuh, kata para pejabat. Otoritas separatis di Nagorno-Karabakh mengatakan 16 prajurit mereka tewas dan 100 mengalami luka.
Armenia mengatakan, telah menembak jatuh dua helikopter dan tiga pesawat tanpa awak, serta menghancurkan tiga tank.
Pemerintah Armenia menetapkan darurat militer dan mobilisasi militer secara total, sesaat setelah pengumuman yang sama dari otoritas di Narono-Karabakh.
Darurat militer adalah sebuah langkah darurat yang memberi kewenangan pada militer untuk mengambil alih fungsi pemerintahan sipil.
"Bersiap untuk mempertahankan tanah air kami yang suci," seru Perdana Menteri Armenia, Nikol Pashinyan setelah menuduh Azerbaijan melakukan "agresi yang telah dirancang sebelumnya"
Seraya memberi peringatan bahwa wilayah itu berada di ambang "perang berskala besar", dan menuduh Turki "berperilaku agresif", dia mendesak komunitas internasional untuk bersatu mencegah ketidakstabilan lebih lanjut.
Menurut jaksa Azerbaijan, lima orang dari satu keluarga dibunuh oleh orang-orang Armenia di salah satu desa di Azerbaijan.
Menteri pertahanan Azerbaijan mengonfirmasi telah kehilangan satu helikopter, tapi mengatakan kru-nya selamat.
Kemudian melaporkan bahwa 12 sistem pertahanan udara milik Armenia telah dihancurkan. Tapi hal ini dibantah oleh Armenia.
Presiden Aliyev mengatakan telah memerintahkan operasi kontra-ofensif berskala besar sebagai respon dari serangan pasukan Armenia.
"Sebagai sebuah hasil dari operasi kontra-ofensif, sejumlah area pemukiman warga Azerbaijan yang dikuasai, telah dibebaskan," katanya melalui sebuah siaran televisi.
"Saya percaya diri bahwa kesuksesan operasi kontra-ofensif kami akan mengakhiri penguasaan, untuk keadilan, dari penguasaan selama 30 tahun."
Setelah penolakan awal oleh militer Armenia, presiden Nagorno-Karabakh yang tidak diakui, Arayik Haruyunyan, membenarkan sejumlah posisi telah hilang diambil alih pasukan Azerbaijan.
Fakta-fakta Nagorno-Karabakh
- Sebuah wilayah pegunungan dengan luas 4.400 kilometer persegi (1.700 mil)
- Secara tradisional dihuni oleh orang Kristen Armenia dan Muslim Turki.
- Saat era Soviet, daerah ini merupakan wilayah otonomi di dalam bagian republik Azerbaijan.
- Dunia internasional mengakui wilayah ini menjadi bagian dari Azerbaijan, tapi mayoritas populasinya adalah etnis Armenia.
- Diperkirakan satu juta orang mengungsi pada perang 1990an, dan menewaskan 30.000 orang.
- Pasukan separatis mengambil sejumlah wilayah tambahan di sekitar kantong Azerbaijan pada perang 1990an.
- Kebuntuan telah terjadi sejak gencatan senjata 1994.
- Rusia secara tradisional bersekutu dengan Armenia.
Presiden Erdogan menyebut Armenia "dalam ancaman terbesar untuk perdamaian dan ketenangan di wilayah".
Organisasi untuk Kerja Sama dan Keamanan di Eropa (OSCE) sudah lama berupaya menengahi konflik dengan melibatkan diplomat dari Prancis, Rusia, dan Amerika Serikat - yang membentuk OSCE Minsk Group - yang mengusahakan gencatan senjata pada 1994.
Seberapa terpecah wilayah tersebut?
Penduduk Azerbaijan sebagian besar adalah orang yang memiliki hubungan dekat dengan negara Turki. Meski demikian, tidak seperti orang Turki, kebanyakan orang Azerbaijan adalah Muslim Syiah bukan Sunni.
Turki tidak memiliki hubungan dengan Armenia, negara yang kebanyakan penduduknya adalah penganut Kristen Ortodoks yang secara sejarah mendapat dukungan dari Rusia.
Iran, sebagai negara Syiah, memiliki banyak komunuitas etnis Azerbaijan tapi tetap memelihara hubungan yang baik dengan Rusia.
Iran dan Turki, adalah anggota Nato, mendukung pihak yang berlawanan selama perang saudara di Suriah.
Sejak Uni-Soviet runtuh pada 1991, perpecahan etnis di Armenia dan Azerbaijan menjadi lebih kentara: berdasarkan laporan Armenia pada 2004, hanya 30 orang di Armenia (populasi 3,1 juta) diidentifikasi sebagai orang Azerbaijan, sedangkan sensus 2009 di Azerbaijan (populasi 9,7 juta) mencatat ada 183 orang Armenia tinggal di daerah selain Nagorno-Karabakh.
Pada sensus 2015, "Republik Arsakh" yang tidak diakui - atau Nagorno-Karabakh (populasi 145,053 orang) - mencatat tidak ada orang Azerbaijan yang tinggal di sana.
Padahal, ketika rezim Soviet berkuasa, orang-orang Azerbaijan mencapai lebih dari seperlima populasi wilayah itu.