Ferdinand: Cuma Orang Bodoh yang Lebih Takut Kebangkitan PKI Ketimbang HTI

Minggu, 27 September 2020 | 19:59 WIB
Ferdinand: Cuma Orang Bodoh yang Lebih Takut Kebangkitan PKI Ketimbang HTI
Politikus Partai Demokrat Ferdinand Hutahaean mengkritisi Anies Baswedan lewat kicauannya. (Instagram/@ferdinand_hutahaean)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Politisi Partai Demokrat Ferdinand Hutahaean geram dengan sejumlah pihak yang masih memercayai kebangkitan Partai Komunis Indonesia (PKI).

Ia mengatakan bahwa PKI hanyalah masa lalu yang tidak jelas sejarahnya hingga sekarang.

Ferdinand lantas menganggap orang-orang yang memercayai isu tersebut adalah para bebal yang lebih takut masa lalu ketimbang ancaman intoleransi yang ada di depan mata.

"PKI masa lalu dan tinggal sejarah. Itupun tidak jernih sejarahnya hingga sekarang, apakah kudeta pada penguasa atau kudeta pada Pancasila,"

Baca Juga: Sedang Tayang, Film Pengkhianatan G 30 S/PKI

"Hanya orang bocoh bebal yang lebih takut dan khawatir pada masa lalu yang sudah mati daripada masa depan yang nyata-nyata terancam oleh kaum intoleran HT, ISIS, Al Qaeda," tulis Ferdinand Hutahaean melalui Twitter, Minggu (27/9/2020).

Cuitan Ferdinand Huahaean soal orang-orang yang percaya pada kebangkitan PKI. (Twitter/@FerdinandHaean3)
Cuitan Ferdinand Huahaean soal orang-orang yang percaya pada kebangkitan PKI. (Twitter/@FerdinandHaean3)

Ferdinand juga membalas cuitan Rektor UIC, Musni Umar, dengan menjelaskan bahwa komunisme tidak pernah mati, namun PKI lah yang telah lenyap.

"Komunis tidak pernah mati, tapi PKI sudah mati Pak. Rusia dan Cina saja tidak murni lagi komunis. Agama sudah tumbuh di sana. Jadi enggak usah menakut-nakuti. Jangan samakan komunis di Rusia dan Cina dengan PKI yang pernah kudeta. Kenapa PKI dilarang? Karena melakukan pemeberontakan. Profesor kok begini," tulis Ferdinand kepada Musni Umar.

Sebelumnya, Ferdinand menyentil pernyataan Gatot Nurmantyo yang mengklaim mencium bau kebangkitan PKI. Ferdinand lantas menulis sindiran pedas kepada mantan Panglima TNI itu.

"Pak Gatot, apakah artinya bahwa PKI ini baru hantunya yang bangkit hingga tak bisa dilihat tapi bisa dirasakan? Padahal bahkan hantu saja tak bisa dirasakan, kenapa bisa-bisanya PKI hanya bisa dirasakan? Apakah ini memang soal perasaan seperti cinta terpendam kepada PKI?" tanya Ferdinand.

Baca Juga: Kritik Pernyataan Refly Soal Pencopotan Gatot, Ferdinand: Terlalu Bodoh

Gatot Nurmantyo sebut kebangkitan PKI bisa dirasakan

Isu kebangkitan PKI muncul lagi jelang peringatan Gerakan 30 September 1965. Berawal dari pernyataan Mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo, isu PKI kembali hangat.

Gatot dalam saluran Youtube Hersubeno Point menyatakan gerakan Partai Komunis Indonesia tidak bisa dilihat bentuknya, namun bisa dirasakan.

"Gerakan ini tidak bisa dilihat bentuknya, tapi dirasakan bisa. Contohnya, sejak 2008 itu seluruh sekolah meniadakan pelajaran tentang G30SPKI. Ini suatu hal yang sangat berbahaya," kata Gatot, Selasa (22/9/2020) lalu.

Mengetaui hal itu, Gatot mengklaim semakin menguatnya gerakan kebangkitan PKI kala itu membuatnya memutuskan untuk memerintahkan jajaran menyaksikan kembali kekejaman komunis dalam film G30S PKI.

Pada waktu itu, salah seorang sahabat Gatot dari PDIP memperingatkan agar dia menghentikan perintah tersebut. Sebab, kalau tidak, Gatot pasti akan dicopot dari jabatan.

Namun, Gatot kala itu tetap teguh dan melanjutkan intruksi yang telah ia buat.

"Pada saat itu saya punya sahabat dari salah satu partai PDIP menyampaikan, Pak Gatot hentikan itu, kalau tidak Pak Gatot pasti diganti," ucap Gatot.

"Dan memang benar-benar saya diganti," sambungnya.

Sejak itu, isu PKI jadi hangat. Sejumlah orang mengomentari pendapat Gatot. Salah satunya dari pegiat media sosial Denny Siregar.

"Pak @Nurmantyo_Gatot, saya mau nanya...," tulisnya lewat akun Twitter, Rabu (23/9/2020).

Lalu Wakil Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia Tengku Zulkarnain pun berkomentar soal penyataan Gatot dicopot jadi Panglima TNI karena mengadakan nobar film G30S.

"Kalau seorang jenderal dicopot dari jabatannya karena memerintahkan pemutaran Film G30 S/PKI, maka timbul pertanyaan di benak kita. Mereka yang meminta dan mencopotnya itu anti komunis atau pro komunis...? Nah... Apa komentar anda...?" kata Tengku melalui akun media sosial.

Pakar pendidikan Darmaningtyas melalui akun media sosial ikut merespon pertanyaan Tengku secara kritis. Dia melemparkan pertanyaan balik mengenai siapa sesungguhnya yang benar dalam pergantian posisi Panglima TNI ketika itu. Selain itu, Darmaningtyas juga yakin isu komunis yang selalu diangkat sebenarnya kurang diminati generasi milenial.

"Kalau filmnya sendiri banyak yang menilai manipulatif bagaimana Pak Tengku? Yang bener yang nyopot or yang dicopot? Lagian, memang ada milenial yang tertarik pada paham komunis? Mereka lebih tertarik pada Drakor. Hanya orang bodoh saja yang terus ngusung anti komunis itu," katanya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI