"Dalam masa pandemi ini, tidak ada sejengkal tanah pun di wilayah yang telah menjadi status pandemi menjadi aman. Tidak ada. Oleh karena itu kita harus selalu waspada tidak boleh lengah," ujar Doni.
Berdasarkan hasil beberapa survei termasuk dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan pada Juli 2020, banyak sekali masyarakat yang menganggap bahwa mereka tidak akan terkena COVID-19 dan COVID-19 itu tidak ada. Padahal secara global, korban meninggal COVID-19 telah mencapai satu juta jiwa dan hampir setara dengan korban Perang Dunia I.
"COVID-19 ini nyata. Bahwa COVID-19 ini bukan rekayasa. Bahwa COVID-19 ini bukan konspirasi,” tutur Doni.
Doni mengapresiasi adanya penegakan disiplin kesadaran perilaku yang dilakukan di daerah seperti memberikan sanksi kepada mereka yang melanggar protokol kesehatan.
Akan tetapi pendisiplinan itu hanya akan berjalan apabila ada petugas yang mengawasi, padahal COVID-19 mengancam selama 24 jam. Untuk itu, disiplin penerapan protokol kesehatan harus dimulai dari diri sendiri dan komitmen komunitas.
"Kalau kita tidak punya semangat untuk melakukan perubahan perilaku, maka dampak yang akan terjadi pasti akan tinggi. Tetapi kalau seluruhnya memiliki komitmen yang sama untuk taat kepada protokol kesehatan, maka kita bisa menekan kasus," ujarnya.
Pada kesempatan yang sama, BNPB sebagai Satgas Penanganan COVID-19 juga memberikan bantuan kepada Pemerintah Sumatera Utara untuk penanganan COVID-19. Bantuan tersebut diserahkan secara simbolis dari Ketua Satgas Penanganan COVID-19 Doni Monardo kepada Gubernur Sumatera Utara Eddy Rachmayadi.
Bantuan tersebut berupa dua unit ventilator, dua disinfectan spryer, lima thermometer gun, 10 jerigen hand sanitizer, 50 alat pelindung diri (APD) hazmat, 2.000 face shield, 10.000 lembar masker respirator KN95, 30.000 lembar masker non medis dan masker kain sebanyak 200.000 lembar. (Antara)
Baca Juga: Perawat Curhat Pulang Sebulan Sekali, Jokowi: Semoga Corona Cepat Selesai