Suara.com - Sejak April 2020, pemerintah menyetujui pemberlakuan pembatasan sosial berskala besar di puluhan provinsi, kabupaten, dan kota.
Setelah hampir enam bulan PSBB timbul pertanyaan adakah di antara daerah-daerah tersebut yang sukses mengurangi penularan virus corona?
"Setahu saya tidak ada. Jadi sampai kapan PSBB-PSBB akan berlanjut dan aktivitas ekonomi rakyat kecil dikorbankan," kata analis politik dan ekonomi Rustam Ibrahim, Sabtu (26/9/2020).
Melalui media sosial, Rustam Ibrahim menyarankan kepada pemerintahan Presiden Joko Widodo untuk memperhatikan wisdom rakyat kecil menghadapi pandemi corona.
Baca Juga: PSBB Jilid II Diklaim Tekan Pertambahan Kasus Covid-19 di Jakarta
"Mereka jauh lebih takut keluarga jatuh miskin dan anak-anaknya kelaparan daripada penyakit. Berbagai penyakit (menular) sudah bersama mereka. Paksa mereka patuh protokol kesehatan, tapi jangan hentikan aktivitas ekonomi," kata Rustam.
Dalam konteks pemberitaan terhadap masalah dan dampak pandemi, Rustam mengkritik sikap media massa yang disebutnya bias kelas.
"Ada yang menyedihkan dengan pemberitaan media-media kita. Pemberitaan media cenderung bias kelas menengah daripada pro rakyat kecil. Media dengan "bangga" memberitakan penutupan restoran, cafe, dan lain-lain karena PSBB. Pernahkah media cari tahu apa dampak tindakan tersebut terhadap kehidupan pekerja dan keluarganya?" kata Rustam.
Lebih jauh, Rustam menyoroti penanganan corona dengan pendekatan lockdown yang menurutnya tak benar-benar mampu menangani pandemi, sebaliknya makin memperparah dampak ekonomi.
"Adakah negara demokrasi berpenduduk besar yang benar-benar sukses mengendalikan virus corona dengan strategi lockdown? Mungkin ada yang grafik penularannya melandai awalnya, tapi kemudian meningkat lagi. Yang jelas semua negara yang melakukan lockdown mengalami kontraksi ekonomi parah," kata dia.
Baca Juga: Dinkes DKI Beberkan Alasan Larangan Makan di Tempat Selama PSBB Jakarta