Potensi Tsunami 20 Meter di Selatan Jawa Jangan Malah Bikin Kamu Takut

Siswanto Suara.Com
Jum'at, 25 September 2020 | 18:44 WIB
Potensi Tsunami 20 Meter di Selatan Jawa Jangan Malah Bikin Kamu Takut
Ilustrasi tsunami (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Hasil riset sejumlah peneliti Institut Teknologi Bandung yang dipublikasikan di jurnal Nature Scientific Report, Kamis (17/9/2020), menyebutkan adanya kemungkinan ancaman tsunami setinggi 20 meter di wilayah selatan Pulau Jawa.

Menanggapi hasil penelitian tersebut, Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Daryono berharap kabar tersebut jangan direspon dengan ketakutan. Tapi, justru harus ditanggapi dengan upaya mengurangi risiko bencana.

"Informasi potensi gempa megathrust selatan Jawa jangan mempertajam rasa takut dan khawatir, tetapi wujudkan upaya nyata mitigasi gempa dan tsunami," kata Daryono di media sosial yang dikutip Suara.com, Jumat (25/9/2020), sore.

BMKG mengatakan potensi tsunami bisa terjadi di banyak wilayah Indonesia, di sepanjang jalur pertemuan lempeng yang terdapat potensi sumber gempa di dalam laut.

Baca Juga: Berdasar Riset Ini, Tsunami 20 Meter Mengancam Wilayah Selatan Pulau Jawa

"Jadi ancaman tsunami tidak hanya di selatan Jawa. Di sepanjang jalur pertemuan lempeng, di mana itu ada sumber gempa dan itu di laut sumber gempanya dengan magnitude besar, ya itu bisa berpotensi tsunami," kata Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Rahmat Triyono.

Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak daerah pertemuan lempeng, sehingga potensi tsunami dapat saja terjadi di banyak tempat.

Potensi tsunami dapat terjadi di sepanjang daerah pertemuan lempeng tektonik, mulai dari Laut Andaman di bagian Tenggara Pulau Sumatera, di Simeulue, Nias, Mentawai, Enggano hingga ke bagian selatan Jawa sampai ke Nusa Tenggara. Daerah-daerah tersebut, kata dia, semuanya memiliki potensi sumber gempa yang dapat menimbulkan tsunami.

Ia mengatakan potensi tsunami tersebut dapat diketahui melalui berbagai hasil riset terhadap temuan-temuan endapan tsunami di masa lampau.

"Jadi dari endapan-endapan tersebut bisa diketahui bahwa suatu daerah pernah terjadi tsunami. Itu sudah dihitung dating dengan karbon sehingga bisa ketahuan diendapkan tahun berapa itu. Artinya di situ pernah terjadi tsunami," kata dia.

Baca Juga: Kamensos Serahkan Santunan Kepada 1.620 Ahli Waris Korban Tsunami Sulteng

Terkait gempa-gempa besar yang dapat menimbulkan tsunami, ia mengatakan gempa-gempa tersebut memiliki periode kejadian hingga ratusan tahun dan potensi terulangnya bisa sangat besar dalam kurun waktu yang lama.

"Tergantung perulangan sebelumnya, tahun berapa pernah terjadi dan kapan akan terjadi berikutnya," ujar Rahmat.

Riset dari ITB yang menyebutkan kemungkinan tsunami hingga 20 meter di pantai selatan Jawa Barat dan 12 meter di selatan Jawa Timur, diapresiasi Rahmat Triyono. Hasil riset dapat mengingatkan sekaligus memberikan edukasi kepada masyarakat tentang potensi ancaman sehingga masyarakat bisa melakukan upaya antisipasi lebih baik.

"Kita apresiasi, karena itu artinya juga memberikan edukasi ke masyarakat kita semua, mengingatkan bahwa di sana ada ancaman gempa bumi yang berpotensi tsunami. Apalagi didukung data-data yang valid dan juga menggunakan data-data BMKG," kata dia.

Ia mengatakan ancaman tsunami tersebut bisa saja terjadi. Tetapi ia mengatakan bahwa prediksi tersebut merupakan prediksi dengan skala skenario terburuk.

"Artinya bahwa itu bisa terjadi. Cuma memang itu adalah skala worst case. Jadi skenario terburuk. Belum tentu itu terjadi dengan magnitudo itu," katanya.

Tetapi dalam setiap upaya mitigasi bencana, prediksi magnitudo besar atau prediksi dengan skenario terburuk merupakan skenario terbaik dalam upaya mitigasi, sehingga masyarakat dan pemerintah daerah setempat dapat mengambil langkah-langkah yang lebih tepat dan matang untuk mengatasi ancaman terburuk itu.

"Artinya skenario terburuk adalah menjadi sebuah skenario terbaik dalam upaya mitigasi. Misalnya dalam hal ini skenario terburuknya (magnitudo) 9,1 dengan ketinggian katakan 20 meter. Jadi kita menyiapkan semua infrastrukturnya ya untuk ketinggian 20 meter. Jangan sampai yang disiapkan itu 10 meter, padahal skenario terburuknya 20 meter. Ya itu percuma," kata Rahmat Triyono.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI