Suara.com - Guru Besar Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Azyumardi Azra, memilih golput sebagai bentuk protes terhadap Pilkasa 2020 yang tetap dilanjutkan di tengah pandemi.
Terkait itu, Wakil Ketua DPR Sufmi Dasco Ahmad menilai pendapat Azyumardi merupakan suatu dinamika.
Dasco tidak menyangkal bahwa banyak dari kalangan masyrakat yang bereaksi atas keputusan pemerintah bersama DPR yang menolak penundaan Pilkada.
"Saya pikir memang tanggapan masyarakat ataupun tokoh masyarat ini memang dinamis penuh dinamika karena memang baru pertama kali pilkada diselenggarajan di tengah-tengah pandemi yang demikian hebat," kata Dasco di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Jumat (25/9/2020).
Baca Juga: Cawalkot Medan Bobby Nasution Miliki Harta Rp 54,8 Miliar
Kendati adanya suara nasyarakat untuk memilih golput, Dasco berujar itu merupakan hak konstitusional masyarakat. Tetapi menurut dia partisipasi masyarakat tentunya dibutuhkan untuk mensukseskan Pilkada serentak Desember mendatang.
"Namun untuk suksesnya pilkada, kami harapkan memang partisipasi hak memilih dan hak dipilih sesuai konstitusi itu dilakukan dengan baik tentunya apabila kemudian aturan-aturan yang memayungi memang menjamin protokol kesehatan," ujar Dasco.
Diketahui, Guru Besar Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Azyumardi Azra, protes terhadap pemerintah dengan memutuskan golput jika pemilihan kepala daerah secara serentak tetap dilaksanakan pada 9 Desember 2020 atau di tengah pandemi Covid-19.
Golput kepanjangannya golongan putih. Istilah politik ini muncul pertamakali pada pemilu pertama di Indonesia, 1971, atau di awal Orde Baru, ketika para mahasiswa protes.
Protes Azra disampaikan melalui akun media sosial dan telah terkonfirmasi.
Baca Juga: Aktivis Balikpapan Kampanye 'Relawan Kolom Kosong' Lawan Rahmad - Thohari
"Saya golput pilkada 9 Desember 2020 sebagai ungkapan solidaritas kemanusiaan bagi mereka yang wafat disebabkan wabah corona atau terinfeksi Covid-19," kata dia.
Menurut dia jika pilkada tetap dilaksanakan, sementara jumlah kasus Covid-19 tidak menunjukkan penurunan, akan sangat berbahaya bagi calon pemilih.
"Pilkada di masa pandemi yang terus meningkat sekarang tanpa ada tanda pelandaian juga sangat membahayakan kesehatan pemilih di tengah kerumunan massa yang bisa meningkatkan jumlah warga terinfeksi dan meninggal dunia. Apalagi saya dan banyak senior citizen/manula lain punya morbiditas tertentu yang rawan dan rentan," kata Azra.