Putra DN Aidit Sarankan Gatot Nurmantyo Cs untuk Bikin Partai Politik

Jum'at, 25 September 2020 | 13:04 WIB
Putra DN Aidit Sarankan Gatot Nurmantyo Cs untuk Bikin Partai Politik
Ketua Umum PB Forki Jenderal TNI (Purn) Gatot Nurmantyo menyampaikan sambutan saat membuka Seleksi Akhir Timnas Inti Karate Asian Games 2018 di Sport Hall Hotel Arra Lembah Pinus, Ciloto, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Senin (11/6). [Antara/Arif Firmansyah]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Ilham Aidit, putra keempat mendiang Ketua CC PKI DN Aidit menyoroti keberadaan Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia, yang dibentuk sejumlah tokoh seperti eks Panglima TNI Gatot Nurmantyo hingga eks Ketua Umum Muhammadiyah Din Syamsuddin.

Sejumlah tokoh itu mengklaim membentuk KAMI karena isu PKI bangkit lagi. Terkait hal itu, Ilham Aidit menyarankan agar Gatot Cs lebih baik mendirikan partai politik.

Membangun parpol, kata Ilham, lebih baik ketimbang hanya koar-koar ingin menyelamatkan Indonesia dari PKI, persis menduplikasi propaganda rezim Orde Baru alias Orba Soeharto.

"Dan seandainya mereka mengatakan kami akan mengaspirasikan ya boleh-boleh saja. Tapi ambil aspirasi melalui jalur yang benar. Kalau mereka berani, bikin partai dan bertarung di parlemen. Itu pengecut banget, mau disebut hebat tapi bertarungnya enggak mau," kata Ilham saat dihubungi Suara.com, Kamis (24/9/2020) kemarin.

Dia menganggap isu kebangkitan PKI gaya baru yang digulirkan Gatot Cs itu merupakan omong kosong.

Sebab, menurut Ilham Aidit, paham komunisme sejati tidak lagi memiliki ruang di dunia pun termasuk di Indonesia.

Ilham Aidit menyoroti Gatot yang kerap berkoar-koar ingin 'menyelamatkan' Indonesia. Dia justru menduga, Gatot dan kawan-kawannya yang tergabung di KAMI justru memiliki niatan politik lain di balik koar-koarnya tersebut.

"Ini KAMI aliansi untuk menyelamatkan Indonesia. Kebayang enggak sih orang-orang yang mengatakan mereka akan menyelamatkan Indonesia, hanya terdiri dari 30-40 orang. Padahal sebuah negara besar itu, untuk selamat, butuh lembaga, badan-badan, departemen yang mengatur itu semua. Jadi saya bilang ini omong kosong besar," kata Ilham Aidit.

Orang Kalah

Terlebih, menurut Ilham Aidit, Gatot Cs yang tergabung di dalam KAMI tidak lain hanyalah segelintir orang 'kalah'. Di mana, sebagian besar dari tokoh-tokoh yang tergabung di dalam KAMI merupakan lawan politik Presiden Joko Widodo alias Jokowi saat Pilpres 2020.

"Sebetulnya notabenenya mereka adalah orang-orang yang kalah. Siapa sih yang enggak tahu, Rizal Ramli, Din Syamsuddin, kemudian Rocky Gerung, itu orang-orang yang udah terlempar dari pusaran politik," ujar Ilham Aidit.

Lebih lanjut, Ilham Aidit juga menilai apa yang dilakukan Gatot Cs tidak lain hanya untuk mengaktualisasikan diri di panggung elite. Padahal, mereka menurutnya tidak lain hanyalah orang-orang yang 'kalah'.

Duplikasi Orba

Ilham Aidit, sebelumnya juga angkat bicara ihwal kembali mencuatnya isu kebangkitan PKI. Belakangan, isu tersebut mencuat seusai Gatot Nurmantyo mengungkap alasan dirinya dicopot dari jabatan Panglima TNI karena menginstruksikan jajarannya untuk memutar kembali film Pengkhianatan G30SPKI.

Ilham Aidit mengakui tak heran kembali mencuatnya isu kebangkitan PKI. Menurut dia, isu itu memang selalu dikoar-koarkan oleh pihak tertentu setiap tahun, khususnya pada September.

"Bayangkan sekarang sudah lebih dari 50 tahun itu dibangkit-bangkitkan lagi dan sebagainya. Memang tahun-tahun yang tidak pernah berakhir, buat kami-kami ini tahu bahwa ini enggak akan berakhir. Mungkin reda sedikit karena ada isu lain, tapi kemudian nanti akan muncul lagi, muncul lagi," ucap Ilham Aidit.

Ilham Aidit berpendapat, semua yang terjadi itu bukan tanpa sebab. Dia menilai hal itu adalah dampak propaganda rezim Orba Soeharto yang berkuasa selama 32 tahun.

Salah satu propaganda tersebut, yakni melalui film dokudrama propaganda berjudul “Pengkhianatan G30SPKI” karya Arifin C Noer, yang ketika itu diwajibkan ditonton bagi siswa-siswi di bangku sekolah.

Film Pengkhianatan G30SPKI pada era 80-an hingga 90-an, menjadi modal bagi Soeharto memberikan penjelasan tentang tragedi 1965 versinya sendiri. Film tersebut disponsori pemerintah orba dengan anggaran Rp 800 juta.

"Sehingga ada satu setengah generasi lah kira-kira yang berhasil didoktrinasi atau dipaparkan soal beginian. Itu perlu terapi yang juga lama," ujar Ilham Aidit.

Kepada Suara.com, Ilham Aidit sebelumnya juga pernah mengakui kesal terhadap Gatot Nurmantyo. Khususnya, saat menjabat sebagai Panglima TNI, Gatot pernah menginstruksikan prajuritnya untuk wajib menonton kembali film Pengkhianatan G30SPKI.

Padahal, menurut dia, dengan mewajibkan menonton film tersebut hanya akan menanamkan kebodohan kepada generasi bangsa, perihal sejarah yang telah direkayasa orde baru.

"Tetapi, sebagian besar masyarakat saya yakin sudah jauh lebih pintar dan kritis," ungkap Ilham Aidit.

Politis

Ilham Aidit menilai pernyataan Gatot Nurmantyo yang belakangan mengungkapkan alasan dirinya dicopot dari jabatan Panglima TNI karena menginstruksikan prajuritnya untuk menonton film Pengkhianatan G30SPKI hanya lah omong kosong.

Sebab, menurut Ilham Aidit, semua orang telah mengetahui Gatot dicopot lantaran masa baktinya memang telah habis.

Di lain sisi, Ilham Aidit justru melihat pengungkapan Gatot tersebut sarat akan muatan politis.

"Seratus persen itu agenda politik, dia menjajakan pandangan politik dia, dan mudah juga dibaca di belakang itu siapa," ucap Ilham Aidit.

Menurut Ilham Aidit, sepak terjang Gatot hanya untuk memenuhi ambisi maju menjadi calon presiden pada Pilpres 2024.

Catatan redaksi: kami melakukan penyuntingan terhadap artikel ini pada hari Sabtu (26/9/2020) pukul 14.15 WIB. Penyuntingan yang dilakukan adalah mengubah judul dan sejumlah kalimat pada tubuh artikel. Hal ini dilakukan karena terdapat pemilihan diksi yang tak tepat oleh redaksi, yakni istilah "menantang".

Ilham Aidit sendiri dalam wawancaranya dengan jurnalis Suara.com tidak pernah melontarkan pernyataan "menantang Gatot Nurmantyo". Dengan demikian, kesalahan pemilihan diksi tersebut adalah tanggung jawab redaksi. Karenanya pula, redaksi Suara.com meminta maaf kepada Ilham Aidit dan publik.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI