![Warga melihat jalanan yang rusak pasca banjir bandang di Kampung Cibuntu, Desa Pasawahan, Kecamatan Cicurug, Sukabumi, Jawa Barat, Selasa (22/9/2020). [ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2020/09/22/40689-cicurug-sukabumi.jpg)
Intensitas hujan tertinggi berada pada bagian hulu yaitu di sekitar Gunung Salak.
Pantauan tersebut menimbulkan adanya kemungkinan hujan yang terakumulasi dalam 24 jam terakhir menjadi tertampung di daerah hulu kemudian meluap dan menghancurkan bendung alami yang diduga terbentuk dibagian hulu sungai.
Selanjutnya berdasarkan hasil monitoring Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, curah hujan yang terukur di wilayah Pos Perkeb Tugu Menteng, Kecamatan Lengkong dan Pos Ganesha, Kecamatan Cisolok adalah sebesar 88 milimeter dan 57 mm. Curah hujan tersebut tergolong tinggi.
Analisis meteorologi BMKG berdasarkan citra radar, tampak bahwa pada pukul 14.08 WIB, Senin (21/9/2020) terdapat pertumbuhan awan konvektif di Sukabumi bagian utara dan Selatan. Awan Konvektif tersebut berupa cumulunimbus yang terbentuk sangat cepat dan intensif.
Dari hasil analisa tersebut, kesimpulan yang didapat adalah bahwa meluapnya Sungai Citarik-Cipeucit dan Sungai Cibojong menjadi faktor penyebab terjadinya banjir bandang.
Dalam 24 Jam terakhir sebelum kejadian wilayah hulu, atau di sebelah utara Sukabumi maupun di wilayah terdampak mengalami curah hujan sedang-tinggi dengan intensitas hingga-120 milimeter. Intensitas hujan tertinggi berada pada bagian hulu yaitu di sekitar Gunung Salak.
Kemungkinan hujan yang terakumulasi dalam 24 jam terakhir yang tertampung di daerah hulu kemudian meluap dan menghancurkan bendung alami yang diduga terbentuk dibagian hulu sungai.