Analisis Banjir Bandang Sukabumi dari Sebelum sampai Setelah Kejadian

Siswanto Suara.Com
Rabu, 23 September 2020 | 15:55 WIB
Analisis Banjir Bandang Sukabumi dari Sebelum sampai Setelah Kejadian
Sejumlah relawan gabungan mengevakuasi material kayu yang terbawa pasca banjir bandang di Kampung Cibuntu, Desa Pasawahan, Kecamatan Cicurug, Sukabumi, Jawa Barat, Selasa (22/9/2020). [ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Bencana banjir bandang Sukabumi yang terjadi pada Senin (21/9/2020) telah mengakibatkan dua warga meninggal dunia dan seorang warga masih dalam proses pencarian tim SAR. Selain itu, ada 10 warga mengalami luka-luka.

Menurut data yang dirangkum hingga Rabu (23/9/2020), pukul 13.00 WIB, peristiwa tersebut telah berdampak pada 176 kepala keluarga atau 525 jiwa dan sebanyak 78 jiwa terpaksa mengungsi.

Sedikitnya 127 unit rumah yang tersebar di 11 desa terdampak, dengan rincian 34 unit rumah rusak berat, 23 rusak sedang, dan 70 rusak ringan.

Berdasarkan analisa sementara yang dihimpun Pusat Pengendali dan Operasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana, wilayah kejadian banjir bandang Sukabumi merupakan dataran rendah yang berada di bawah kaki Gunung Salak dan dilalui beberapa sungai, yakni Sungai Citarik-Cipeuncit dan Sungai Cibojong.

Menurut monitoring bahaya banjir bandang InaRisk BNPB, wilayah yang terdampak itu memiliki indeks bahaya sedang hingga tinggi terhadap banjir bandang.

Warga meihat mobil yang rusak terbawa arus banjir bandang di Kampung Cibuntu, Desa Pasawahan, Kecamatan Cicurug, Sukabumi, Jawa Barat, Selasa (22/9/2020). [ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya]
Warga meihat mobil yang rusak terbawa arus banjir bandang di Kampung Cibuntu, Desa Pasawahan, Kecamatan Cicurug, Sukabumi, Jawa Barat, Selasa (22/9/2020). [ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya]

Berdasarkan pantauan GPM-NASA (inaWARE) dalam 24 Jam terakhir sebelum kejadian, wilayah hulu atau di sebelah utara Sukabumi maupun di wilayah yang terdampak mengalami curah hujan sedang-tinggi dengan intensitas hingga-120 milimeter.

Hujan dengan intensitas tinggi tersebut menyebabkan massa air di daerah hulu menjadi semakin besar.

Adapun kondisi wilayah sungai yang rusak dan banyak terjadi erosi serta sedimentasi menyebabkan potensi terbentuk bendung alami.

Ketika bendung alami tersebut menjadi besar dan terganggu keseimbangannya oleh intensitas hujan tinggi, kemudian menyebabkan bendung alami tersebut berpotensi terjadi limpasan air beserta lumpur dengan jumlah yang besar dan cepat, atau yang kemudian disebut banjir bandang.

Baca Juga: Dramatis, Kisah Kakak Beradik Selamatkan Diri dari Banjir Bandang Sukabumi

Berikutnya, berdasarkan analisis citra Himawari-8 LAPAN yang disampaikan Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Raditya Jati  melalui pernyataan tertulis kepada Suara.com, sebelum terjadinya banjir bandang pada pukul 16.40 WIB, hujan terdeteksi terjadi sejak pukul 15.30 WIB dengan intensitas sedang 40 milimeter per jam kemudian semakin meningkat menjadi 100 milimeter per jam pada pukul 16.40.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI