Profil Andi Arief dan Kontroversinya

Rifan Aditya Suara.Com
Rabu, 23 September 2020 | 15:25 WIB
Profil Andi Arief dan Kontroversinya
Potret Wasekjen Partai Demokrat Andi Arief saat diciduk Polisi (dok. Istimewa)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Politikus Andi Arief menjadi salah satu sosok yang kerap mencuri perhatian lantaran melontarkan kritik keras terhadap pemerintah. Ia pun pernah membuat kontroversi. Berikut profil Andi Arief selengkapnya.

Latar Belakang dan Pendidikan Andi Arief

Andi Arief lahir di Bandar Lampung, 20 November 1970. Ia dikenal sebagai seorang politikus dan mantan aktivis pro-demokrasi yang ikut terlibat menumbangkan rezim orde baru.

Pria 49 tahun ini memiliki pasangan bernama Defianty dan dua orang anak. Andi Arief merupakan putra dari H.M. Arief Makhya dan Hj Mas Amah.

Baca Juga: Kritisi Pidato Jokowi di PBB, Andi: Kalau Kita Sedang Susah, Jelaskan Saja

Masa kecil Andi dihabiskan di tanah kelahirannya. Sejak SD hingga SMA, Andi bersekolah di Tanjung Karang.

Ia menempuh pendidikan tinggi di Universitas Gadjah Mada (UGM) dan mengambil Jurusan Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik mulai tahun 1989. Andi lulus kuliah pada tahun 1996.

Andi mulai aktif berkegiatan di bidang politik sejak masa kuliah. Misalnya, ia menjabat sebagai Ketua Umum Senat mahasiswa Fisipol UGM dan Pemimpin Umum Majalah Mahasiswa Fisipol saat itu.

Berikut sederet riwayar organisasi Andi Arief.

  • Ketua Umum Senat mahasiswa Fisipol UGM 1993-1994
  • Dewan redaksi Di Majalah Mahasiswa Sintesa
  • Pimpinan Umum Majalah Mahasiswa Sintesa 1994-1995
  • Dewan Pengurus Persatuan Rakyat Demokratik (PRD) sebelum menjadi partai 1994
  • Ketua Umum Solidaritas Mahasiswa Indonesia Untuk Demokrasi (SMID) Cabang Yogyakarta 1994
  • Ketua Umum Pengurus Pusat SMID 1996 (SMID merupakan Ormas PRD)
  • Aktivis Oposisi Indonesia (OPSI)1996
  • Presidium Pusat Komite Independen Pemantau Pemilu (KIPP) 1996

Karier Andi Arief

Baca Juga: Profil Setyo Budiyanto, Direktur Penyidikan KPK

Karier Andi Arief di dunia politik semakin naik ketika mulai mengenal Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Pertemuan mereka berawal saat Andi memimpin Solidaritas Mahasiswa Indonesia (SMID) Cabang Yogyakarta. Sementara SBY menjabat sebagai Danrem 072/Pamungkas di Wilayah Yogyakarta, saat itu.

Kegiatannya di SMID dianggap mengancam Orde Baru. Andi Arief pun sempat jadi korban penculikan aktivis pada tahun Maret 1998. Namun ia dibebaskan beberapa bulan setelahnya.

Andi Arief juga pernah menulis buku berjudul Antonio Gramsci: Negara dan Hegemoni. Buku tersebut dirilis pada awal era reformasi yang ditulisnya bersama Nezar Patria.

Hubungan Andi dan SBY semakin dekat ketika ia dipercaya menjadi bagian dari tim pemenangan SBY-Jusuf Kalla dalam pemilu 2004. Setelah SBY menang, Andi pun mendapat sejumlah jabatan, seperti Komisaris PT Pos Indonesia (2006-2009) dan Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana (2009).

Terakhir, Andi Arief menjabat sebagai Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat sejak tahun 2015.

Kontroversi Andi Arief

Ketika kariernya di puncak, Andi justru membuat kontroversi. Ia ditangkap polisi karena terlibat kasus narkoba, pada 3 Maret 2019.

Andi Arief ditangkap di sebuah hotel di kawasan Slipi, Jakarta Barat atas dugaan menggunakan sabu.

Politikus Partai Demokrat ini ditangkap beserta barang bukti yang diduga berupa alat untuk menggunakan sabu. Setelah penangkapan, Andi Arief menjalani tes urine. Hasilnya, Andi positif mengkonsumsi narkoba.

Kasus narkoba Andi Arief dihentikan. Kasus penyalahgunaan narkotika tersebut tak dilanjutkan ke tingkat penyidikan karena Andi masuk ke dalam kategori pengguna.

Andi Arief mulai menjalani proses rehabilitasi kesehatan di Badan Narkotika Nasional (BNN) pada Rabu (6/3/2019).

Sebenarnya, Andi juga sempat membuat beberapa kontroversi selama Pemilu 2019. Ia beberapa kali membuat cuitan yang sampai menyita perhatian Bawaslu.

Nah, itulah profil Andi Arief yang dirangkum Suara.com.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI