Jadi Agen Mata-mata China, Polisi New York AS Diciduk

Selasa, 22 September 2020 | 13:13 WIB
Jadi Agen Mata-mata China, Polisi New York AS Diciduk
Polisi Amerika Serikat, sebagai ilustrasi [BBC].
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pemerintah Amerika Serikat telah mendakwa seorang pria Tibet yang bertugas sebagai petugas polisi New York. Dia dituduh menjadi agen mata-mata China.

Menyadur Channel News Asia (CNA), Selasa (22/9/2020), petugas yang bekerja di sebuah stasiun di kawasan Queens, diduga mendapat arahan dari anggota konsulat China di New York.

Otoritas AS menduga pria berusia 33 tahun itu memiliki tugas mengumpulkan informasi tentang komunitas Tibet di kota New York untuk pemerintah China.

Melalui kontaknya dengan komunitas Tibet, pria yang tak disebutkan namanya itu mengumpulkan informasi antara 2018 hingga 2020 tentang aktivitas komunitas, serta mengidentifikasi sumber informasi potensial.

Baca Juga: China Kembali Akui Temukan Jejak Virus Corona di Kemasan Cumi-cumi

Menurut dakwaan, pria yang juga seorang perwira di Cadangan Angkatan Darat AS, mengizinkan anggota konsulat China untuk menghadiri acara yang diselenggarakan oleh Departemen Kepolisian New York (NYPD).

Pemerintah China diduga membayar polisi New York itu dengan jumlah uang yang fantastis, yakni mencapai puluhan ribu dolar untuk jasa mata-mata.

Petugas tersebut telah didakwa dengan empat dakwaan, termasuk mendaftar dalam layanan negara asing di tanah AS, memberikan representasi yang keliru, dan menghalangi pengoperasian layanan publik.

Dia dibawa ke hadapan hakim pada hari Senin dan ditahan, kata juru bicara jaksa federal Brooklyn kepada AFP. NYPD menyebut anggotanya itu saat ini diskors tanpa dibayar.

Hasil penyelidikan sementara menemukan bahwa anggota polisi New York itu lahir di China.

Baca Juga: China Temukan Virus Corona 'Nempel' di Kemasan Cumi-cumi Impor

Dia diberikan suaka politik di AS karena mengaku kerap disiksa otoritas Tiongkok karena etnis Tibet-nya.

Penyelidikan mengungkapkan, bagaimanapun, bahwa kedua orang tuanya adalah anggota Partai Komunis China.

Kasus itu turut mengundang respon dari komunitas Tibet. Kampanye Internasional untuk Tibet--kelompok advokasi yang mempromosikan kebebasan dan hak orang Tibet--menyebut praktik mata-mata itu menunjukkan adanya campur tangan otoritas China.

"Jika dikonfirmasi oleh pengadilan, operasi spionase menunjukkan bahwa Partai Komunis China terlibat dalam operasi jahat untuk menekan perbedaan pendapat. Tidak hanya di Tibet ... tetapi di mana pun di dunia" kata Kampanye Internasional untuk Tibet.

Setelah mengizinkan Tibet berfungsi secara otonom dari tahun 1912 hingga 1950, Beijing mengambil alih kembali wilayah itu pada tahun 1951. Pemimpin spiritual Tibet, Dalai Lama, telah hidup di pengasingan sejak 1959.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI