Suara.com - Wakil Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia Tengku Zulkarnain menekankan bahwa pelajaran sejarah penting bagi pembentukan karakter anak bangsa.
Tengku menambahkan hanya mereka pengkhianat bangsa dan bermental kaum penjajah saja yang anti terhadap sejarah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
"Bagaimanapun berdirinya bangsa ini tidak terlepas dari jasa muslimin yang 90 persen dan pribumi lainnya. Mereka yang dulu pro penjajah malu?" kata Tengku.
Tetapi pandangan Tengku, mendapat tanggapan kritis dari sejumlah pihak, di antaranya Ahmad Japra.
"Narasi seperti ini, maaf kurang pas ustad. Sudah jelas Muslim mayoritas. Tapi Indonesia adalah negara heterogen, bermacam suku, agama, dan budaya. Jadikanlah Islam dengan substansi kemanusiaan dan kedamaian, maka Islam akan dipandang lebih terhormat. Bukan hanya jumawa mayoritas," katanya.
Mendapatkan tanggapan demikian, Tengku menekankan kembali maksudnya dan berharap Ahmad Japra membaca statement lebih teliti.
"Makanya kamu baca twit eja satu satu. 90 persen Muslim dan pribumi lainnya," kata Tengku.
Tanggapan kritis juga disampaikan oleh Mat Galer dengan merujuk pada sejarah kerajaan-kerajaan di Nusantara jauh sebelum terbentuk NKRI.
"Lihat sejarah NKRI dari kerajaan Tarumanegara, Sriwijaya dan Majapahit, bukan hanya saat kemerdekaan saja... Bahwa negara ini di bentuk oleh elemen masyarakat dengan berbagai agama, suku, dan ras bukan diklaim milik agama pak ustad sendiri..." katanya.
Menurut Tengku sejarah tersebut pun akan dihapuskan.
"Itu semua pun kan dihapuskan. Paham? Semua agama mereka benci. Walau Buddha, Hindu apalagi Islam... Anda kok nalarnya lemah sekali...?" kata Tengku.
Isu mata pelajaran sejarah akan dihapus
Dalam beberapa pekan terakhir muncul polemik tentang isu mata pelajaran sekolah menengah akan dihapuskan.
Pengurus Pusat Masyarakat Sejarawan Indonesia mengikuti terus wacana penyederhanaan kurikulum, yang antara lain menyebutkan mata pelajaran sejarah akan dihilangkan dari kurikulum.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sudah memberikan keterangan resmi bahwa pemerintah sama sekali tidak berencana menghilangkan pelajaran sejarah dari kurikulum.
Pengurus Pusat Masyarakat Sejarawan Indonesia menyambut baik sikap kementerian, tapi juga memberikan apresiasi terhadap kritik dan penolakan yang sempat berkembang karena menunjukkan perhatian dan kepedulian masyarakat terhadap arti penting sejarah dalam membentuk identitas dan karakter bangsa.
Pengurus Pusat Masyarakat Sejarawan Indonesia mendukung seruan para guru sejarah bahwa pelajaran sejarah berperan penting dalam memberikan arah dan inspirasi bagi penyelesaian masalah kebangsaan, memberikan rujukan nyata dan teladan bagi generasi muda, meningkatkan apresiasi terhadap karya para pendahulu, memberikan perspektif dan ukuran untuk menilai perjalanan bangsa. Dalam hal itu pelajaran sejarah memang sangat menentukan dalam proses pendidikan secara keseluruhan.
Pengurus Pusat Masyarakat Sejarawan Indonesia meminta agar pelajaran sejarah tetap dipertahankan sebagai pelajaran wajib di sekolah menengah karena merupakan instrumen strategis untuk membentuk identitas dan karakter siswa.
Mereka juga meminta setiap siswa di setiap jenjang pendidikan, baik yang bersifat umum maupun kejuruan, mendapatkan pendidikan sejarah dengan kualitas yang sama;
Penyederhanaan kurikulum hendaknya dilakukan dengan orientasi peningkatan mutu pelajaran dan disertai peningkatan kompetensi guru, kata Ketua Umum Masyarakat Sejarawan Indonesia Hilmar Farid.