Suara.com - Politisi Partai Gerindra Fadli Zon mengatakan ada standar ganda untuk menamai seseorang atau sebuah kelompok sebagai teroris.
Ia menjelaskan ada beberapa label yang disematkan untuk kelompok Islam hingga menimbulkan Islamophobia. Beberapa istilah itu di antaranya adalah radikal, teroris, dan fundamentalis.
Sementara itu, label berbeda disematkan kepada kelompok yang jelas menggunakan senjata dan kekerasan yaitu 'kelompok kriminal bersenjata'.
Fadli berpendapat, sejauh ini hanya TNI yang berani sebut Separatis Teroris.
"Kita double standard melihat teroris. Biasanya "radikal", "teroris", "fundamentalis" disematkan kepada yang berbau Islam sehingga menimbulkan Islamophobia. Teroris yang jelas-jelas menggunakan senjata dan kekerasan masih disebut "kelompok kriminal bersenjata". Baru TNI yang berani sebut Separatis Teroris," papar Fadli melalui cuitannya, Minggu (20/9/2020).

Pendapat Fadli tersebut merujuk pada sebuah twit yang diunggah akun Twitter Pusat Penerangan TNI yang membagikan foto-foto para prajurit.
"Gerombolan Separatis Teroris Papua Makin Beringas Menjelang Sidang Umum PBB #separatis #kkb #papua #PapuaIndonesia," demikian bunyi keterangan unggahan @Puspen_TNI.
Jelang Sidang Umum PBB
Seorang pendeta ditembak mati di Papua. Pendeta itu bernama Yeremia Zanambani. Dia ditembak dan dilaporkan meninggal dunia akibat ditembak kelompok kriminal bersenjata (KKB) di Hipadipa, Kabupaten Intan Jaya, Papua.
Baca Juga: Sebut Fahri Hamzah Berubah, Musni Umar: Saya Prihatin Ia Dibully Luar Biasa
"Memang benar ada laporan tentang meninggalnya tokoh agama akibat luka tembak di Kampung Hitadipa, Distrik Hitadipa, Intan Jaya pada Sabtu (19/9)," kata Kapen Kogabwihan III, Kol Czi IGN Suriastawa melalui rilisnya, di Jayapura, Minggu (20/9/2020).