Yaman Dilanda Perang, Keledai Jadi Alat Angkutan Pengganti Mobil

Jum'at, 18 September 2020 | 20:50 WIB
Yaman Dilanda Perang, Keledai Jadi Alat Angkutan Pengganti Mobil
Ilustrasi keledai. (Pixabay/Wokandapix)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Ekonomi yang hancur karena kecamuk perang saudara dan pandemi virus Corona membuat keledai jadi komoditas berharga di Yaman.

Menyadur French24, Jumat (18/9/2020), keledai jadi barang berharga sebagai pengangkut air dan barang di tengah krisis ekonomi dan bahan bakar yang terus bergulir sejak 2015 atau saat dimulainya perang saudara.

Merosotnya perekonomian Yaman dalam lima tahun terakhir, membuat masyarakat tidak memiliki kemampuan finansial untuk membeli atau mengoperasikan mobil jenis SUV.

"Semakin tinggi harga bahan bakar dan biaya hidup, semakin banyak permintaan akan keledai," kata salah satu penjual keledai, Abu Mohammed.

Baca Juga: Viral Video Penggerebekan Houthi, Ditemukan KTP Indonesia dan Uang Rupiah

Tidak ada bagian Yaman yang terhindar dari konflik, di mana pemberontak Houthi yang didukung Iran telah merebut sebagian wilayah utara dari pemerintah yang diakui secara internasional.

Sementara itu, inflasi yang merajalela membuat sebagian besar persediaan makan dan kebutuhan sehari-hari menjadi langka dan mahal.

Kota pelabuhan Aden kini berada di bawah kendali separatis Dewan Transisi Selatan--yang secara teknis merupakan sekutu pemerintah.

Mereka berselisih dengan para loyalis atas status masa depan wilayah tersebut.

Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) memperkirakan tiga perempat dari 29 juta penduduk Yaman membutuhkan bantuan seiring negara tersebut kian terperosok lebih dalam ke jurang krisis.

Baca Juga: Jokowi Diminta Format Ulang Kebijakan Ekonomi Jangka Panjangnya

Kondisi Yaman yang makin memperihatinkan bahkan membuat PBB menyebut hal itu sebagai krisis kemanusiaan terburuk di dunia.

Satu liter (seperempat galon) bensin sekarang dijual seharga 0,50 dolar AS atau sekitar Rp7.300, di mana penghasilan para guru hanya kurang dari $ 25 dolar A atau sekitar Rp360 ribu sebulan.

Krisis Yaman memaksa warganya seperti kembali ke masa lalu, yakni menjadikan keledai sebagai komoditas penting dalam menjalani hidup sehari-hari.

Di Aden, keledai sejatinya merupakan transportasi yang umum sebelum adanya transportasi modern saat ini.

"Kadang-kadang bensin tidak dapat ditemukan selama dua minggu. Orang-orang kembali ke metode yang lebih sederhana," kata Mohammed.

Ayah sembilan anak berusia 38 tahun, yang terlihat jauh lebih tua dari usianya, beralih ke perdagangan keledai dua tahun lalu setelah dia kehilangan pekerjaan.

Dia membeli hewan dari provinsi Abyan di dekatnya, yang harganya lebih murah, dan kemudian menjualnya di Aden.

"Kami bisa mendapat untung antara 7.000 dan 8.000 riyal sehari, dan hampir tidak ada biaya untuk memberi makan keledai," katanya.

"Terima kasih kepada Tuhan, dan kemudian kepada keledai sehingga saya memiliki penghasilan," tandasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI