"Atau mungkin dari orang-orang yang berkuasa di inner circle kekuasaan. Nah, yang seperti ini juga kadang-kadang untouchable, makanya orang mengatakan mafia migas. Orang yang tidak tersentuh ini harus diteriaki," pesan Refly.
Refly menuturkan, para penumpang gelap Pertamina ini turut berperan dalam Pemilu dan Pilpres, sehingga akan sulit untuk membongkarnya ke Presiden dan Menteri terkait.
"Masalahnya, belum tentu efektif. Kalau kita diam-diam kepada Presiden, diam-diam kepada Menteri BUMN, karena ya jangan-jangan mereka yang kita katakan sebagai mafia migas itu adalah para cukong Pemilu. Mereka yang membiayai kegiatan berpemilu di Indonesia ini," ujar Refly.
Ia kemudian berpesan agar sebaiknya pemerintah dan masyarakat memperhatikan dahulu arah 'nyanyian' Ahok ketimbang mempermasalahkan etika gaya bicaranya yang blak-blakan.
"Jadi orang seperti Ahok, kadang-kadang kita sulit menilai ini sebenarnya mau ke mana. Paling gampang, perhatikan apa yang dia katakan saja. Jangan perhatikan bagaimana cara dia mengucapkan sesuatu," tukas Refly.
Sebelumnya, Ahok mengkritisi internal korporasi Pertamina, Menurut dia, BUMN ini efisiensi terkait gaji pegawai sampai level direksi.
Dia juga mengkritik Pertamina belum bisa menyeimbangkan keuangan perusahaan. Ahok juga mengkritisi Kementerian BUMN dalam melakukan pergantian direksi.
Kritik Ahok kepada internal Pertamina menjadi perbincangan setelah pernyataannya disiarkan kanal YouTube POIN. Ahok menginginkan agar tata kelola BUMN benar-benar profesional.
Ahok yang menjabat sebagai Komisaris Utama Pertamina sejak 22 November 2019, mengaku sering geleng-geleng kepala dengan berbagai kebijakan direksi Pertamina.
Baca Juga: Hasil Pertemuan Ahok dan Erick Thohir Terungkap, Pantesan Ahok Blak-blakan
Keputusan bisnis Pertamina seringkali tidak masuk akal dalam kalkulasi bisnis. Akibatnya, Pertamina harus menanggung utang yang jumlahnya cukup besar.