Sejarah Pontianak Terlengkap

Rifan Aditya Suara.Com
Kamis, 17 September 2020 | 10:41 WIB
Sejarah Pontianak Terlengkap
Tugu Khatulistiwa Pontianak (Suara.com/Dinda)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Banyak orang beranggapan bahwa Kota Pontianak terbentuk karena banyaknya perempuan yang meninggal saat melahirkan lalu arwahnya gentayangan dan berubah menjadi kuntilanak. Padahal, sejarah Pontianak bukan hanya dari mitos seperti itu.

Mengutip dari situs resmi pemerintah Kota Pontianak, ibu kota Kalimantan Barat didirikan oleh Syarif Abdurrahman Alkadrie pada Rabu, 23 Oktober 1771 (14 Rajab 1185 H). Pembangunan kota yang populer dengan sebutan 'Khun Tien' ini ditandai dengan pembukaan lahan, membuat balai desa, dan rumah tinggal di persimpangan Sungai Landak, Sungai Kapuas Kecil, dan Sungai Kapuas Besar.

Kemudian pada tahun 1778 (1192 H), Syarif diangkat menjadi Sultan Pontianak pertama. Untuk menandai kekuasaan saat kepemimpinannya, Syarif lantas membangun sebuah masjid bernama Masjid Sultan Syarif Abdurrahman dan Istana Kadariah yang berlokasi di Kelurahan Dalam Bugis, Pontianak Timur.

Beberapa nama yang pernah menjabat sebagai Sultan Pontianak ialah:

  • Syarif Abdurrahman Alkadrie memerintah dari tahun 1771-1808
  • Syarif Kasim Alkadrie memerintah dari tahun 1808-1819
  • Syarif Osman Alkadrie memerintah dari tahun 1819-1855
  • Syarif Hamid Alkadrie memerintah dari tahun 1855-1872
  • Syarif Yusuf Alkadrie memerintah dari tahun 1872-1895
  • Syarif Muhammad Alkadrie memerintah dari tahun 1895-1944
  • Syarif Thaha Alkadrie memerintah dari tahun 1944-1945
  • Syarif Hamid Alkadrie memerintah dari tahun 1945-1950

Kedatangan Belanda

Menurut V.J. Verth, seorang penulis buku sejarah 'Borneos Wester Afdeling', dijelaskan bahwa Belanda masuk ke Pontianak pada tahun 1194 (1773 Masehi) dari Batavia. Kemudian, putra ulama dari Syarif Hussein bin Ahmed Alqadrie yakni Syarif Abdurrahman atau Al Habib Husin lantas meninggalkan kerajaannya dan memilih untuk merantau ke Banjarmasin.

Di Banjarmasin, Syarif menikah dengan adik Sultan Banjar, Sunan Nata Alam dan menjabat sebagai pangeran. Dengan kemampuan berdagang yang mumpuni, Syarif berhasil mengumpulkan modal untuk mempersenjatai kapal pelancang dan kapal miliknya untuk melawan Belanda.

Dibantu Sultan Pasir, Syarif akhirnya berhasil membajak kapal milik Belanda di Bangka, lalu kapal Inggris dan Perancis di Pelabuhan Pasir.

Setelah berhasil memukul mundur Belanda, Syarif mendirikan pemukiman di Sungai Kapuas. Di sana, ia menemukan cabang dari Sungai Landak lalu mengembangkannay menjadi pusat perdagangan yang maju. Selanjutnya kawasan ini dikenal dengan nama Pontianak.

Baca Juga: Prakiraan Cuaca Kalimantan Barat Hari Ini, 17 September 2020

Secara Geografi, Kota Pontianak dilalui oleh garis lintang nol derajat Bumi. Sehingga populer dikenal dengan nama Kota Khatulistiwa. Bahkan, di Pontianak juga dibangun Tugu Khatulistiwa di Kota Siantan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI