Suara.com - Kemarin petang, Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD menjenguk ulama Syech Ali Jaber yang baru saja menjadi korban percobaan pembunuhan di Bandarlampung (Minggu, 13 September 2020).
Melalui akun Twitter @mohmahfudmd, Mahfud menceritakan keadaan ulama asal Arab Saudi tersebut. Mahfud bersyukur kondisi Syekh Ali Jaber sudah kembali pulih.
"Alhamdulillah, selepas Maghrib tadi saya mengunjungi Syekh Ali Jaber yang baru ditusuk orang saat berdakwah di Lampung. Beliau sudah cukup sehat. Beliau sangat tawadhu, khas ulama," kata Mahfud yang disadur Suara.com dari Twitter.
Mahfud dapat memastikan kalau kasus penikaman yang dilakukan oleh Alpin Adrian (24) akan diusut sampai selesai.
Baca Juga: Mabes Polri Kirim Tim Psikiater Periksa Kejiwaan Penusuk Syekh Ali Jaber
"Kasus penusukan terhadap Syekh akan diusut tuntas. Pelakunya sudah ditahan dan ditetapkan sebagai tersangka," kata Mahfud.
Ketua Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat Majelis Ulama Indonesia Muhammad Cholil Nafischolil dalam Twitter @cholilnafis mengatakan dalam kasus Syekh Ali Jaber, penegak hukum harus mengusut kasus pidananya, mendalami motifnya, dan menghukum pelaku seberat-beratnya.
Ke depan, kata dia, diperlukan pengamanan khusus bagi pemuka agama. "Jika dipandang perlu perlu diusulkan UU perlindungan tokoh agama," kata dia.
Mahfud telah memerintahkan kepada seluruh aparat keamanan maupun intelijen untuk menyelidiki peristiwa penusukan yang menimpa Syekh Ali Jaber di Masjid Falahuddin, Tanjungkarang Barat, Bandarlampung, secara tuntas dan transparan.
"Saya sudah menginstruksikan kepada seluruh aparat, baik itu aparat keamanan, maupun intelijen, bahkan saya juga sudah meminta Badan Nasional Penanggulangan Terorisme, Densus dan BIN bersama kepolisian, saya sudah minta agar menyelidiki kasus ini dengan sebaik–baiknya dan setransparan mungkin," kata Mahfud dalam keterangan tertulis, kemarin.
Kepada semua aparat diminta untuk melakukan pemetaan, pemantauan, dan perlindungan penuh kepada dai, terutama para ulama.
Terkait dengan beredarnya informasi bahwa pelaku mengalami gangguan kejiwaan, Mahfud mengatakan bahwa saat ini aparat masih melakukan penyelidikan terkait latar belakang dan jaringan yang ada di belakang pelaku penusukan.
"Spekulasi di masyarakat ada dugaan berdasar pengakuan keluarganya, si penusuk ini sakit jiwa. Tapi kita belum percaya, kita pasti akan tau dia sakit jiwa betul atau tidak, itu nanti setelah diselidiki. Kalau orang sakit jiwa jejak digitalnya seperti apa, keluarga melihatnya kayak apa, tetangganya melihatnya seperti apa, temen-temennya melihatnya seperti apa, baru kita bisa menyimpulkan dia sakit jiwa. Oleh sebab itu sampai ini, kami atau pihak aparat terus menyelidiki bagaimana latar belakang dan apa jaringan yang ada di belakang anak ini," kata Mahfud.
Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi dalam laporan Antara menambahkan pemerintah memiliki kewajiban untuk melindungi kebebasan umat beragama, apapun pandangan politiknya.
Pemerintah, tambah dia, tidak akan mampu membangun masyarakat tanpa adanya peran serta para ulama dan para juru dakwah yang telah bekerja dengan ikhlas.
"Dai apapun pandangan politiknya, itu harus dilindungi kalau sedang berdakwah. Itu yang terpenting. Kita hidup selama ini bangsa Indonesia, budaya- budaya yang baik itu justru ditimbulkan oleh dakwah-dakwah para pendakwah kita yang telah bekerja dengan ikhlas," kata dia.
Baca Juga: 4 Fakta Baru Alpin Sang Penusuk Syekh Ali Jaber, Antara Percaya dan Tidak
Di tahun 2011 Menko Polhukam pernah hadir dan mendengar ceramah yang dibawakan oleh Syekh Ali Jaber. Ia mengatakan bahwa Syekh Ali Jaber adalah pendakwah yang tidak berpolitik dan sangat baik.