Suara.com - Front Pembela Islam (FPI) turut mengomentari peristiwa penusukan terhadap Syekh Ali Jaber saat tengah berdakwah di Lampung.
Juru bicara FPI Munarman mengatakan tindakan semacam itu kerap dilakukan oleh kaum komunis untuk menumpas ustaz dan ulama di tanah air.
Munarman mengemukakan kalau modus pembunuhan itu biasa dilakukan oleh golongan komunis ekasila dan trisila. Hal itu dibuktikannya dengan peristiwa serupa yang terjadi beberapa kali.
"Sejarah membuktikan, tahun 1948, 1965, 1998, dan 2019 saat menjelang pilpres," kata Munarman saat dihubungi Suara.com, Senin (14/9/2020).
Baca Juga: Syekh Ali Jaber Ditusuk Lagi Ceramah, Dude Harlino Minta Ulama Dilindungi
Munarman menganggap kaum komunis selalu melakukan pembunuhan sambil menyertakan pengalihan isu seperti dukun santet hingga setan desa. Seolah sudah dirancang, pelaku yang tertangkap pun bakal disebut sebagai orang gila.
"Ini modus lama (komunis). Umat Islam sudah paham dengan permainan yang begini," ujarnya.
Atas kejadian yang dialami Syeikh Ali Jaber, Munarman telah menyerukan kepada seluruh Komando Laskar Islam untuk melaksanakan protokol pengamanan kepada seluruh semua ulama istiqomah.
Pengamanan yang diinstruksikan itu dimulai dari kediaman ulama maupun ketika tengah melakukan safari dakwah.
Selain itu, Munarman juga meminta seluruh Komando Laskar Islam untuk menggali informasi terkait pelaku penusuk Syeikh Ali Jaber yang disebut keluarganya mengidap gangguan jiwa.
Baca Juga: Ditusuk Saat Ceramah, LPSK Persilahkan Syeikh Ali Jaber Ajukan Perlindungan
Ia ingin agar semua identitas si pelaku bahkan pihak yang memerintahkannya untuk segera ditemukan.
"Kalau sudah mendapatkan informasi lakukan qishas sampai ke aktor intelektualnya," ungkapnya.
Minta bersabar
Syekh Ali Jaber meminta masyarakat, terutama umat Islam, tidak terprovokasi oleh peristiwa penikaman yang menimpanya pada Minggu (13/9/2020) di Masjid Falahuddin, Kota Bandarlampung, Provinsi Lampung.
"Saya ingin sampaikan kepada umat dan masyarakat jangan sampai terprovokasi dengan kejadian ini dan tetap menjaga ketenangan dan kebersamaan serta kesatuan karena ini adalah ujian," kata Syekh Ali Jabar dalam konferensi pers di Bandarlampung.
Ia meminta seluruh elemen masyarakat tetap bersabar dan tidak melakukan tindakan yang melanggar hukum ataupun berburuk sangka (suudzon) kepada siapapun dan tetap berbaik sangka (khusnudzon).
"Memang beredar isu-isu kok kalau ulama yang diserang, pelakunya dibilang orang gila, tapi kalau pelakunya dibilang teroris. Sabar, sabar, kita harus berbaik sangka karena banyak orang mau memadamkan cahaya Alquran, tapi yakini tidak ada yang mampu padamkan cahaya itu," kata dia.
"Bahkan dengan kejadian ini membuat saya lebih semangat lagi dalam melanjutkan dakwah, maka kemarin saya minta acara di Lampung jangan ditunda dan digeserkan sedikitpun," Syekh Ali Jaber dalam laporan Antara.
Usai peristiwa penikaman, dia tetap melanjutkan dakwah di masjid yang lain di Bandarlampung.
"Dan alhamdulillah hari ini saya bisa berkumpul di tempat ini," kata dia.
"Insya Allah siang nanti saya akan pulang ke Jakarta dan mendapat perhatian dari aparat keamanan bahkan kapolda Lampung sudah menemui saya dan wakapolri pun telah menelpon saya dan mengatakan akan usut tuntas kejadian ini untuk mengetahui siapa yang ada di belakang pelaku," kata dia.
Proses hukum
Penyidik sudah melakukan profiling terhadap Alpin Adrian (24), orang yang menusuk Syekh Ali Jaber.
Profiling merupakan salah satu pendekatan dalam penyelidikan kasus kejahatan dalam hal ini untuk menelusuri dugaan aksi Alpin ada kaitan dengan jaringan teroris.
"Yang pasti kami sudah berkoordinasi dengan satgas-satgas yang ada di sini. Memprofiling kira-kira ada kaitannya atau tidak. Nanti perkembangan pasti kami sampaikan," kata Kepala Satuan Reserse Kriminal Kepolisian Resor Kota Bandar Lampung Komisaris Rezky Maulana seperti yang dilaporkan jurnalis Suara.com sebelumnya.
Sejauh ini polisi belum menemukan alat bukti yang mengarah pada keterlibatan jaringan teroris di belakang peristiwa penusukan terhadap Syekh Ali Jaber, kata juru bicara Kepolisian Daerah Lampung Komisaris Besar Zahwani Pandra Arsya, beberapa waktu yang lalu.
Keterangan Alpin masih didalami. Informasi terakhir yang disampaikan ke penyidik, Alpin melakukan aksi lantaran terbayang-bayang terus dengan wajah Syekh Ali Jaber -- tokoh yang sering dia lihat di YouTube dan televisi.
"Pemeriksaan dari tersangka tadi malam dalam pengakuannya dia itu rasanya merasa sering melihat di televisi itu aja sehingga dia merasa terbayang-bayangi wujud atau fisik Syekh Ali Jaber sehingga melakukan tindakan tersebut. Itu yang ada di alam pikiran dia," kata Pandra.
"Makanya ini harus sesuai dong antara fakta yang terjadi maupun dari keterangan tersangka kan harus sesuai," Pandra menambahkan.
Untuk memastikan kondisi kejiwaan Alpin, hari ini penyidik berencana memeriksanya. Pemeriksaan kejiwaan selain didasarkan pada keterangan-keterangan yang disampaikan Alpin, juga karena keluarganya bilang sejak 2016 mengalami depresi.
"Tetapi tersangka termasuk barang bukti yang ada sudah diamankan, bahkan tersangka masih ditahan sampai saat ini. Kami tetap akan memproses secara hukum dan tentunya proses secara hukum ini didasari juga dalam keadaan sehat jasmani dan rohani terhadap tersangka," kata dia.