Suara.com - Universitas Oxford telah mengumumkan akan melanjutkan uji coba vaksi Covid-19 yang dikembangkan bersama perusahaan farmasi AstraZeneca. Mereka telah mendapat lampu hijau dari pengawas keamanan.
Sebelumnya, uji coba tahap akhir dari vaksin ini sempat ditangguhkan pekan lalu, menyusul adanya efek samping pada seorang relawan di Inggris.
Relawan yang terlibat dalam penelitian tersebut dilaporkan menderita gejala neurologis yang terkait dengan gangguan inflamasi tulang belakang langka yang disebut myelitis transversal.
Menyadur ABC, Minggu (12/9/2020), Universitas Oxford mengonfirmasi bahwa uji coba tahap akhir vaksin tersebut kembali berlanjut di semua situs uji klinis di Inggris.
Baca Juga: WHO Sebut Ada 180 Vaksin Covid-19 yang Tengah Dikembangkan Saat Ini
Vaksin yang dikembangkan oleh Oxford dan AstraZeneca secara luas dianggap sebagai salah satu pesaing terkuat di antara lusinan vaksin virus korona dalam berbagai tahap pengujian di seluruh dunia.
"Perusahaan akan terus bekerja dengan otoritas kesehatan di seluruh dunia dan dipandu kapan uji klinis lainnya dapat dilanjutkan untuk menyediakan vaksin secara luas, adil dan tanpa keuntungan selama pandemi ini," kata AstraZeneca dalam sebuah pernyataan.
Menteri Kesehatan Inggris Matt Hancock menyambut baik dimulainya kembali uji coba tahap akhir vaksin Covid-19 racikan Oxford tersebut. Hal itu diaumumkan lewat Twitter.
"Kabar baik untuk semua orang bahwa uji coba kembali dan berjalan," tulis Hancock di Twitter.
Secara global, sejauh ini sekitar 18.000 orang telah menerima vaksinnya di Inggris, Brasil, dan Afrika Selatan. Sekitar 30.000 sukarelawan direkrut di AS.
Baca Juga: UI Kembangkan Tiga Jenis Vaksin COVID-19, Apa Saja?
Vaksin ini sedang dalam uji klinis tahap akhir di Amerika Serikat, Inggris, Brasil, dan Afrika Selatan dan uji coba tambahan direncanakan di Jepang dan Rusia.
Institut Serum India mengatakan akan memulai kembali uji coba setelah mendapat izin dari Jenderal Pengawas Obat India.
Regulator kesehatan Brasil ANVISA mengatakan sedang menunggu pemberitahuan dari MHRA Inggris yang mengonfirmasi bahwa dimulainya kembali uji coba telah diizinkan sebelum dilanjutkan di Brasil.
Kepala ilmuwan WHO mengatakan jeda dalam uji coba jadi alarm pengingat bagi ilmuwan diseluruh negara. Hal itu disebutnya harus berfungsi sebagai "peringatan" bahwa akan ada pasang surut dalam pengembangan vaksin.
"Tak pelak dengan uji coba besar akan ada saat-saat ketika masalah keamanan muncul," kata Peter Openhaw, profesor kedokteran eksperimental di Imperial College London.
"Kita semua harus berharap bahwa tidak ada kejadian di masa depan dan vaksin itu terbukti aman dan efektif."