Suara.com - Seorang ibu dan anak menjadi korban pemerkosaan yang dilakukan di sebuah jalan paling aman dan memicu kemarahan publik.
Menyadur The Straits Time, Jumat (11/9/2020) insiden tersebut bermula ketika korban meninggalkan rumahnya bersama dua anaknya di Lahore, Pakistan.
Di tengah perjalanan, mobilnya kehabisan bahan bakar sekitar pukul 1.30 pagi waktu setempat. Dia segera menelepon seorang kerabat dan saluran bantuan untuk polisi jalan raya.
Sebelum mereka tiba, dua orang pria menghampiri wanita tersebut dan memecahkan jendela mobil, dan menyeret wanita dan anak-anaknya ke sebuah lapangan di samping jalan raya, di mana dia diperkosa.
Baca Juga: Gajah Paling Kesepian di Dunia Direlokasi ke Kamboja
Sejauh ini, dua belas tersangka telah ditangkap, kata Musarrat Cheema, juru bicara pemerintah provinsi Punjab, di Twitter.
Perdana Menteri Imran Khan mengatakan dalam sebuah pernyataan di Twitter bahwa dia mengikuti kasus itu dengan cermat dan telah meminta penyelidik untuk "menangkap dan menghukum mereka yang terlibat dalam insiden itu secepat mungkin."
Imran Khan menambahkan bahwa pemerintahnya akan mencari cara untuk memperkuat hukum untuk menangani meningkatkan jumlah kasus pemerkosaan terhadap perempuan dan anak-anak.
Pada hari Kamis, Omar Sheikh, penyelidik utama dalam kasus tersebut, mengatakan dalam program berita TV bahwa korban seharusnya mengambil jalan raya lain, Jalan Grand Trunk (GT), dan harus memastikan dia memiliki cukup bahan bakar untuk perjalanan tersebut.
Jalan raya tempat insiden pemerkosaan terjadi dibangun untuk menggantikan GT Road yang berusia berabad-abad dan dilanda lalu lintas, dan dilengkapi dengan CCTV dan pasukan polisi khusus.
Baca Juga: Daur Ulang Sampah Jadi Cara Warga Melawan Mafia Limbah di Pakistan
Shireen Mazari, menteri hak asasi manusia, mengatakan di Twitter bahwa pernyataan penyelidik "tidak dapat diterima".
"Hak untuk mengakses ruang publik dan mobilitas yang aman adalah hak fundamental setiap orang di Pakistan, termasuk perempuan," kata Women in Law Initiative, sekelompok pengacara dan pembela hak perempuan, dalam sebuah pernyataan.
Pada Februari, anggota parlemen mengesahkan RUU yang menyerukan mereka yang dihukum karena pelecehan seksual dan pembunuhan anak-anak digantung di depan umum.
Tapi pemerintah Pakistan menentang rancangan undang-undang tersebut dan tidak disahkan menjadi undang-undang.