Suara.com - Duka terus menyelimuti pengungsi etnis Rohingya yang pada Senin (7/9/2020) dini hari, terdampar di Pantai Ujung Blang Kecamatan Banda Sakti, Kota Lhokseumawe, Provinsi Aceh.
Hingga hari kelima, pada Jumat (11/9/2020), sudah ada tiga pengungsi Rohingya di Kantor BLK Kota Lhokseumawe yang meninggal dunia.
Salah satu pengungsi Rohingya, Senuwara Begum (19) meninggal dunia setelah dirawat di RSU Cut Mutia, Lhokseumawe.
Humas RSUCM Jalaluddin mengatakan, Senuwara sebelumnya terpaksa dievakuasi ke RSU Cut Mutia pada Kamis (10/9/2020) pukul 17.12 WIB dan dirawat inap di ruang paru-paru.
Baca Juga: Rohingya: LSM Yakin Masih Ada Kapal-kapal lain Beberapa Bulan ke Depan
Namun, karena penyakit radang paru-paru yang dideritanya sangat parah, akhirnya Seunuwara meninggal dunia pada Jumat (11/9) pukul 00.22 WIB.
"Senuwara Begum menderita pneumonia (penyakit radang paru-paru) dan dirawat di ruang paru. Dibawa ke rumah sakit ini (dari tempat penampungan pengungsi Rohingya di Balai Latihan Kerja/BLK) kemarin jam lima sore. Yang bersangkutan meninggal dunia jam dua belas tadi malam (dinihari)," ujarnya seperti dilansir Modusaceh.co-jaringan Suara.com.
Jalaluddin menjelaskan, saat ini tercatat ada tiga pengungsi Rohingya lainnya yang masih menjalani perawatan intensif di ruang paru rumah sakit tersebut, karena mengidap, pneumonia.
Sebelum meninggalnya Senuawara, dua pengungsi Rohingya meninggal dunia dan sudah dimakamkan di TPU Desa Kutablang, Kecamatan Banda Sakti, Kota Lhokseumawe. Kedua pengungsi Rohingya yang meninggal bernama Nur Khalimah (21) dan Hilal.
Nur Khalimah diketahui meninggal dunia akibat sesak napas pada Selasa (8/9/2020) di lokasi penampungan Kantor BLK Meunasah Mee Kandang.
Baca Juga: Innalillahi, Pengungsi Rohingya yang Meninggal di Aceh Bertambah Lagi
Sedangkan Hilal meninggal karena menderita sesak napas dan hernia pada Kamis (10/9/2020) di RSU Cut Mutia.
Ketiga orang tersebut merupakan bagian dari 295 imigran Rohingya yang terdampar di Pantai Ujung Blang setelah kapal yang mereka tumpangi terombang-ambing di laut lepas selama tujuh bulan tanpa makanan yang cukup.
Untuk menyelamatkan mereka, sejumlah kapal nelayan dan KRI TNI AL tampak melintas di tepi Pantai Selat Malaka di kawasan setempat. Mereka menggitari satu kapal yang mengangkut muatan melebihi kapasitas.
Geusyik atau Kepala Desa Ujung Blang Munir Cut Ali menjelaskan, dari jumlah 295 penumpang tersebut terdiri dari 100 laki-laki, 181 wanita dan 14 anak-anak.
“Awalnya kami melihat boat mereka mendekati tepi Pantai Ujong Blang, kemudian kami menggiringnya untuk bisa menepi ke pesisir,” ujarnya seperti dilansir Modusaceh.co-jaringan Suara.com pada Selasa (8/9/2020).