Suara.com - Relawan Lapor Covid-19 membuka layanan pengaduan untuk menampung segala keluhan hingga permasalahan warga di tengah pandemi Covid-19. Hasilnya, sebagian besar warga melaporkan terkait masih banyaknya pelanggaran protokoler kesehatan di tengah masyarakat.
Relawan Data dari LaporCovid-19, Agus Sarwono menyampaikan bahwa layanan lapor warga LaporCovid-19 mulai berjalan pada April 2020 dengan menggunakan aplikasi Whatsapp dan Telegram. Kemudian berkembang ke kanal seluruh media sosial.
Selama April-Juni, dia menyebut lebih dari 4.000 laporan warga masuk melalui chatbot. Adapun, setelah dilakukan perubahan pertanyaan menyesuaikan dengan kebijakan, periode Agustus-9 September 2020, telah terkumpul 386 laporan.
Agus mengemukakan bahwa ribuan laporan warga yang diterima dari warga di seluruh Indonesia itu meliputi keluhan keramaian, pelanggaran protokol kesehatan, stigma, bantuan sosial, hingga munculnya klaster-klaster baru di perkantoran dan sekolah.
Baca Juga: PSBB Transisi Jakarta Ternyata Picu Masifnya Penularan Corona di Jawa-Bali
"Berdasarkan jenis laporan, pelanggaran protokol kesehatan paling banyak dilaporkan yakni 63 persen, diikuti layanan kesehatan," kata Agus saat jumpa pers secara daring, Jumat, (11/9/2020).
Sementara itu, berdasar data laporan warga yang diterima diketahui didominasi oleh warga DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, dan Banten.
Selian menerima laporan terkait pelanggaran protokoler kesehatan, belakang ini LaporCovid-19 banyak juga menerima laporan terkait klaster perkantoran.
Mereka sebagian besar melaporkan ihwal transparansi informasi dan minimnya penelusuran atau tracing riwayat kontak terhadap karyawan yang terjangkit Covid-19.
"Sebagian besar laporan memberikan gambaran tentang adanya kasus positif di sebuah kantor, namun tidak ada transparansi dari kantor serta penegakan protokol pandemi," ungkap Agus.
Baca Juga: Pekan Depan DPR Batasi Kegiatan, Peserta Rapat Diwajibkan Rapid Test
Di sisi lain, Agus mengungkapkan bahwa pihaknya juga menerima laporan dari warga terkait adanya penolakan tes swab. Selain penolakan, ada pula warga yang melapor jika dirinya ditunda tes swab dengan alasan kehabisan alat tes.
"Untuk kasus sekolah, banyak orang tua melaporkan tentang dibukanya kembali sekolah-sekolah di zona berisiko tinggi terinfeksi, seperti di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, dan Kota Tuban, Jawa Timur," Agus menambahkan.