Tekan Angka Perceraian, China Wajibkan Warganya Ikut Konseling Pranikah

Kamis, 10 September 2020 | 20:23 WIB
Tekan Angka Perceraian, China Wajibkan Warganya Ikut Konseling Pranikah
Ilustrasi konseling pranikah.[Unsplash/Priscilla Du Preez]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - China mengadakan konseling sebelum sepasang kekasih menikah sebagai upaya untuk memperlambat tingkat perceraian yang semakin meningkat.

Menyadur Channel News Asia, Kamis (10/9/2020) angka perceraian di China melonjak selama dua dekade terakhir karena undang-undang perceraian diliberalisasi.

Selain itu perceraian di China juga dipengaruhi oleh banyak wanita yang lebih mandiri secara finansial dan memilih karier daripada membangun sebuah keluarga.

Tahun lalu 4,15 juta pasangan China melepaskan ikatan mereka, menurut Kementerian Urusan Sipil. Jumlah tersebut naik dari 1,3 juta pada tahun 2003.

Baca Juga: Bertemu Menhan China, Prabowo Juga Bahas Ketegangan di Laut China Selatan

Dalam upaya untuk menghentikan perceraian, biro pencatatan pernikahan di seluruh China harus menawarkan layanan konseling pranikah untuk mencegah perselisihan "sejak awal", menurut arahan yang dikeluarkan Selasa (8 September) oleh kementerian urusan sipil dan All-China.
Tidak jelas apakah semua pasangan wajib menjalani konseling sebelum menikah, atau siapa yang akan membiayainya.

Meningkatnya angka perceraian membuat pusing para pejabat yang ingin meningkatkan angka kelahiran. Tapi campur tangan negara dalam hubungan pribadi telah memicu kemarahan di masa lalu.

Periode tenang selama sebulan untuk pasangan yang mengajukan gugatan cerai - termasuk dalam undang-undang perdata yang berlaku tahun depan - disambut dengan kecaman dari warga ketika disetujui pada bulan Maret.

Pedoman baru itu juga ingin agar proses pencatatan nikah lebih khidmat dan serius.

Saat ini, pernikahan di balai kota China bisa memakan waktu hanya beberapa menit.

Baca Juga: Berkas WNA China Pelaku Penganiayaan ABK WNI Diserahkan Kejaksaan

Menurut data Kementerian Urusan Sipil China, tingkat pernikahan negara itu mencapai level terendah dalam 11 tahun pada 2018, dengan hanya sekitar 10,14 juta pasangan yang menikah, turun 4,6 persen dari tahun sebelumnya.

Pedoman tersebut menuai cemoohan, tagar "Negara saya ingin memperkuat pernikahan" menjadi trending di aplikasi media sosial China, Weibo, dengan lebih dari 670 juta penayangan.

Beberapa mengatakan dekrit itu salah arah. "Apa gunanya menasihati pasangan ketika mertua dan tugas berbakti tradisional adalah masalah terbesar?" tulis seorang pengguna Weibo.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI