Suara.com - Sebanyak 295 imigran Rohingya kembali terdampar di Pantai Ujung Blang Kecamatan Banda Sakti, Kota Lhokseumawe, Provinsi Aceh pada Senin (7/9/2020) dini hari.
Ratusan imigran tersebut sebelumnya sempat terombang-ambing di laut lepas tanpa makanan yang cukup.
Untuk menyelamatkan mereka, sejumlah kapal nelayan dan KRI TNI AL tampak melintas di tepi Pantai Selat Malaka di kawasan setempat. Mereka menggitari satu kapal yang mengangkut muatan melebihi kapasitas.
Geusyik atau Kepala Desa Ujung Blang Munir Cut Ali menjelaskan, dari jumlah 295 penumpang tersebut terdiri dari 100 laki-laki, 181 wanita dan 14 anak-anak.
Baca Juga: Rohingya di Aceh: Di mana-mana Mereka Ditolak, Hanya Aceh yang Terima
“Awalnya kami melihat boat mereka mendekati tepi Pantai Ujong Blang, kemudian kami menggiringnya untuk bisa menepi ke pesisir,” ujarnya seperti dilansir Modusaceh.co-jaringan Suara.com pada Selasa (8/9/2020).
Ratusan etnis Rohingya tersebut turun sendiri dari kapal yang mereka gunakan tersebut. Kemudian menepi di pondok yang ada di tepi Pantai Ujong Blang.
Selanjutnya pihak TNI/Polri membantu menghimpun para imigrasi di satu tempat agar tidak ada yang terpisah atau kabur dari rombongannya.
Kepala Bagian (Kabag) Humas Pemko Lhokseumawe Marzuki mengatakan, pemerintah setempat tak tega menolak kehadiran para imigran yang sedang membutuhkan pertolongan kemanusian ini.
Untuk menangani manusia perahu tersebut, Forkopimda dan UNHCR akan melakukan rapat koordinasi, membahas langkah ke depan dalam menampung para warga Rohingya ini.
Baca Juga: Pengungsi Rohingya Disediakan Penampungan Sementara
Marzuki menyebutkan, untuk saat ini mereka akan dilakukan rapid test sesuai protokol kesehatan Covid-19 dan memastikan kondisi kesehatan mereka dalam keadaan baik.
Setelah itu, mereka dibawa ke tempat penampungan Kantor BLK Meunasah Kandang. Mereka diangkut menggunakan bus dan truk dari pesisir pantai Ujung Blang menuju ke Kantor BLK Meunasah Kandang.
“Pemerintah Kota Lhokseumawe tetap menyambut kedatangan warga Rohingya karena rasa kemanusian. Namun untuk penanganannya tetap saja membutuhkan kerjasama dengan berbagai pihak lainnya. Mereka akan ditempatkan di lokasi semula yaitu Kantor BLK,” ujarnya.
Marzuki menjelaskan, pihaknya belum bisa memberikan keterangan lebih lanjut karena masih melakukan pendataan identitas dan akan mengabarkan kembali setelah melengkapi data.
Salah satu petugas UNHCR Oktaviana mengatakan, sebagian besar kondisi kesehatan para Rohingya sangat buruk dan lemas karena kekurangan makanan selama tujuh bulan di laut.
Sehingga terdapat puluhan warga Rohingya, khusus wanita dan anak-anak yang kesehatannya memburuk serta dievakuasi ke RS Kesrem (milik TNI-AD) serta RSU Cut Mutia untuk mendapatkan pertolongan medis sampai sembuh.
“Kondisi kesehatan mereka tampak sangat buruk. Mereka kelelahan, kelemasan dan kekurangan makanan," tuturnya.