Kesal Ibunya Dihina di Depan Umum, Remaja Bunuh Ayah Sendiri

Selasa, 08 September 2020 | 11:07 WIB
Kesal Ibunya Dihina di Depan Umum, Remaja Bunuh Ayah Sendiri
Ilustrasi pembunuhan. [Antara]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Seorang remaja asal Mesir tega membunuh ayahnya sendiri. Dia mengaku tak senang dengan sikap ayahnya yang kerap menghina ibunya di depan umum.

Menyadur Gulf News, Selasa (8/9/2020), remaja berusia 17 tahun itu mengaku sadar atas tindakannya. Dia sudah lama geram dengan perangai ayahnya yang kerap memperlakukan ibunya dengan tidak baik.

Kepada polisi, tersangka bernama Ahmed menjelaskan bahwa dirinya kini tinggal bersama ibunya selepas perceraian kedua orang tuanya pada Idul Fitri tahun ini.

Saat hari terjadinya pembunuhan, Ahmed tengah mengunjungi ayahnya, yang saat ditemui tidak henti-hentinya menghina dia dan ibunya dengan kata-kata kotor.

Baca Juga: Gegara Tersinggung, Pria 19 Tahun Mabuk Habisi Nyawa Peternak di Sidarap

"Saya membunuhnya dengan memukul kepalanya dengan tongkat," kata Ahmed menceritakan pristiwa yang terjadi di desa Masjid Mousa di kota Atfih, selatan Giza.

Ahmed mengatakan dia tidak bisa menahan penghinaan kepada ibunya di depan keluarga dan orang asing.

Dia juga mengatakan kepada ayahnya bahwa dia tidak boleh menyinggung perasaan ibu di depan orang banyak.

Alih-alih mengerti, ayahnya, kata Ahmed justru menanggapi dengan kemarahan. Kata-kata kotor dan tidak senonoh keluar dari mulut pria 40 tahun itu.

Tindak pembunuhan itu dilaporkan oleh warga setempat. Ahmed kini untuk sementara ditahan selama 15 hari ke depan, setelah sebelumnya sudah masuk tahanan selama 4 hari terakhir.

Baca Juga: Isabella Guzman, Gadis yang Tusuk Ibunya 151 Kali tapi Tidak Dipenjara

Menurut survei Demografi dan Kesehatan Mesir 2014, negara tersebut memang kental dengan kekerasan rumah tangga yang dilakukan para suami terhadap istri.

Sebanyak 80 responden pria yang telah menikah, mengaku pernah melakukan kekerasan pada istrinya. Sementara 28 persen mengakui bahwa mereka melakukan kekerasan fisik.

Pada tahun sebelumnya, 50 persen dari perempuan yang disurvei melaporkan mengalami beberapa bentuk kekerasan, sementara 16 persen dianiaya secara fisik.

Para ahli mengatakan kekerasan dalam rumah tangga dapat menimbulkan konsekuensi berbahaya bagi anak-anak yang menyaksikannya dalam hal perkembangan emosional, kognitif, dan perilaku mereka, yang dijelaskan sebagai siklus kekerasan antargenerasi.

Sejalan dengan itu, ditunjukkan bahwa anak-anak yang pernah mengalami kekerasan dalam keluarga asalnya lebih cenderung terlibat dalam hubungan kekerasan saat dewasa.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI