Suara.com - Filipina melaporkan jumlah kasus Covid-19 terendah dalam delapan pekan terakhir pada Senin (7/9/2020). Kendati demikian, pemerintah menegaskan tak akan mengendurkan kewaspadaan.
Menyadur Channel News Asia (CNA), Kementerian Kesehatan Filipina mengkonfirmasi 1.383 infeksi baru, menjadikan total kasus menjadi 238.727, tertinggi di Asia Tenggara, tetapi paling sedikit sejak 14 Juli.
Mereka juga melaporkan 15 kematian baru, menjadikan total kematian mencapai 3.890 jiwa.
Kendati berhasil menekan jumlah kasus infeksi perhari, para pejabat terkait memperingatkan agar tidak berpuas diri saat ekonomi dibuka kembali.
Baca Juga: Jika Sudah Dibuka, Bagaimana Risiko Bioskop pada Penyebaran Covid-19?
"Tantangan COVID-19 ini dapat berlanjut hingga tahun depan," kata Vivencio Dizon, yang memimpin program pengujian pemerintah, dalam konferensi pers.
"Pertama-tama, kita tidak bisa berpuas diri dan mengabaikan ancaman tersebut," tambahnya.
Hanya tiga perempat dari laboratorium pengujian yang menyerahkan hasil pada hari Senin. Angka itu kurang dari rata-rata yakni 82 persen pada pekan lalu.
Filipina merupakan salah satu negara yang pada pertengahan Maret hingga Juni memberlakukan salah satu penguncian paling ketat di dunia, setelah kasus harian baru dilaporkan dalam jumlah ratusan.
Selepas lockdown tersebut, Filipina terus mengalami lonjakan kasus, setelah pihak berwenang melonggarkan pembatasan dalam upaya untuk menghidupkan kembali ekonomi negara yang bermasalah.
Baca Juga: Kabar Baik! Pandemi Corona Kota Bogor Membaik, Masuk Zona oranye
Kekinian, ibu kota Filipina, Manila dan provinsi terdekat masih berada di bawah pembatasan sosial hingga akhir September 2020.
Kegiatan masyarakat yang kurang esensial masih di larang. Pertemuan sosial juga tak diperbolehkan demi mencegah penyebaran infeksi.
"Kami sedang dalam proses meratakan kurva, tetapi proses ini dapat dengan mudah berbalik," kata Ranjit Rye, profesor di Universitas Filipina yang juga bagian dari kelompok penelitian yang memberi langkah-langkah rekomendasi terkait lockdown.
"Pemerintah seharusnya tidak melebih-lebihkan pencapaian ini dan meremehkan virus," kata Rye kepada Reuters.