Ragukan Vaksin Corona Sputnik-V, Guru Rusia Ogah Jadi Kelinci Percobaan

Senin, 07 September 2020 | 13:43 WIB
Ragukan Vaksin Corona Sputnik-V, Guru Rusia Ogah Jadi Kelinci Percobaan
Peneliti berupaya menciptakan vaksin virus corona. (ANTARA/Shutterstock/am.)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sebagian guru dan ahli medis di Rusia meragukan efektivitas vaksin corona Sputnik-V yang belum lama ini diluncurkan negeri yang dipimpin Presiden Vladimir Putin.

Menyadur CNN, Senin (7/9/2020), sebagian dari mereka ragu lantaran vaksin Covid-19 itu dikembangkan dengan periode kilat.

Di samping itu, uji coba klinis tahap ketiga dari Sputnik-V juga belum selesai. Kondisi itu membuat para guru enggan jadi kelinci percobaan.

Serikat guru Rusia, Uchitel, telah membuat petisi daring. Mereka meminta rekan-rekannya untuk menandatangani penolakan vaksinasi Sputnik-V.

Baca Juga: Beli Vaksin Corona, Pemerintah Siapkan DP Rp 3,3 Triliun

Sebagai informasi, pemerintah Rusia akan memprioritaskan vaksinasi kepada dokter, tentara, dan guru, yang dinilai rentan terpapar Covid-19.

Yuri Varlamov, seorang guru di Moskow dan anggota serikat, mengatakan dia tidak ingin disuntik vaksin karena dia tidak yakin vaksin itu aman saat ini.

"Sebelum uji coba berakhir, mereka tidak dapat membuatnya wajib. Tapi saya tahu bahwa di beberapa sekolah dan badan negara bagian, orang membicarakan tentang status wajib vaksin ini pada akhir tahun," kata Varlamov.

Marina Balouyeva, salah satu ketua serikat Uchitel, mengatakan petisi menentang vaksinasi wajib bagi guru lebih merupakan tindakan pencegahan.

Balouyeva mengatakan dia waspada terhadap Sputnik-V karena beberapa alasan.

Baca Juga: Anies: Pakai Masker Itu Tidak Nyaman, Tapi Lebih Baik daripada Kena Corona

“Pertama, secara umum diketahui kualitas vaksin dalam negeri lebih buruk dibandingkan vaksin asing,” kata Balouyeva.

Kedua, vaksin itu dibuat dengan kecepatan kilat, yang sudah menimbulkan kekhawatiran. Itu dibuat dengan tergesa-gesa.

Terlepas dari janji dari pihak berwenang bahwa pengambilan vaksin akan bersifat sukarela, Balouyeva tetap khawtir bahwa negara tiba-tiba mengubah statusnya menjadi wajib.

Balouyeva mengatakan belum ada keluhan dari para guru bahwa mereka telah dipaksa untuk ikut vaksinasi.

Namun, pengalaman sebelumnya menunjukkan ada masalah serupa dengan vaksin lain.

Selain guru, keraguan terhadap Sputnik-V juga datang dari kritikus sekaligus dokter, Anastasia Vasilyeva.

Vasilyeva adalah seorang dokter Rusia yang menjadi juru kampanye terkemuka dan sekutu pemimpin oposisi Rusia Alexey Navalny.

Dia menduga dorongan negara untuk vaksinasi datang di tengah tekanan politik dari Kremlin, yang ingin menggambarkan Rusia sebagai kekuatan ilmiah global.

"Saya pikir ini untuk menunjukkan Rusia adalah negara yang sangat kuat, bahwa Putin adalah presiden yang sangat kuat," kata Vasilyeva.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI