Hebatnya Era Soeharto Jubir Langsung Moerdiono, Zaman Jokowi Kalah Jauh

Siswanto Suara.Com
Senin, 07 September 2020 | 06:47 WIB
Hebatnya Era Soeharto Jubir Langsung Moerdiono, Zaman Jokowi Kalah Jauh
Ilustrasi Istana Merdeka [suara.com/Erick Tanjung]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pemerintahan Joko Widodo menggelontorkan uang miliaran rupiah untuk menyewa jasa influencer dalam membantu mempengaruhi opini publik. Penggunaan influencer menjadi perdebatan penting karena sejatinya setiap instansi pemerintah sudah punya public relation -- Presiden punya juru bicara -- yang perannya sama.  

Bagaimana dengan era Presiden Soeharto dalam mengelola tim komunikasi publik.

Kalau era pemerintahan Soeharto belum ada yang namanya influencer lantaran masa itu belum ada platform sosial media seperti periode Jokowi. Tapi juru bicara pemerintah kala itu dipegang oleh Menteri Sekretaris Negara Moerdiono.

Sementara kalau zaman Jokowi, ada Sekretariat Kabinet, Sekretariat Negara, dan Kantor Staf Presiden.  "Saya bingung tupoksinya bagaimana (zaman Jokowi)," kata analis politik dari Political Public Policy Studies Jerry Massie kepada Suara.com, Senin (7/9/2020).

Baca Juga: BuzzerRp dan Sejarah Propaganda Ala Rusia Jelang Pilpres 2019

Era Soeharto, Moerdiono jika menyampaikan pesan pemerintah kepada publik sangat berhati-hati.

"Tetapi era "zaman now" atau milenial semua bisa bicara kendati bukan bidang dia," kata Jerry Massie.

Begitu juga dengan job discriptionnya, era Jokowi dinilai Jerry Massie paling amburadul dan kacau karena tidak teratur. Zaman Susilo Bambang Yudhoyono, menurut Jerry Massie, masih lumayan bagus jika dibandingkan pemerintahan setelahnya.

"Tapi sekarang. Harusnya yang banyak bicara jubir Presiden, tapi banyak di-take over KSP," kata Jerry Massie.

Menjadi juru bicara Presiden dituntut untuk pintar dan tahu cara menerjemahkan bahasa Presiden. Juru bicara harus menguasai bahasa tutur sampai bahasa asing dan mengerti soft skill and hard skill serta memahami fungsi public relation.

Baca Juga: Yusril Ihza dan Teman-temannya Pernah Lempar Telur Busuk ke Abdul Gafur

"Tapi saya lihat saat ini humas kita lemah. Tapi saya condong ke jubir saja. Humas itu tupoksinya lain. Bagian humas tugasnya : fact finding, planning, communications, dan evaluation," kata Jerry Massie.

Tantangan komunikasinya beda

Zaman Soeharto dan Jokowi memiliki tantangan komunikasi yang berbeda. Era sekarang, pemerintah harus berhadapan dengan hoax dan juga kelompok radikal.

Menurut Jerry, bagian public relation zaman Soeharto dan sekarang juga berbeda. 

Saat ini, kata Jerry Massie, pentingnya peran jubir, bahkan tim komunikasi Jokowi, memahami kebutuhan publik. Menurut dia sebenarnya tidak perlu istilah influencer.

"Nah influncer kerap berubah jadi "buzzer" ini kan bukan membantu kinerja pemerintah, tapi sebaliknya," kata Jerry Massie.

Humas berdiri di Kabinet Juanda. Selanjutnya, tahun 1967, diadakan Koordinasi Antar Humas Departemen atau Lembaga Negara  yang disingkat Bakor yang secara ex officio dipimpin oleh pimpinan  pada setiap departemen.

Tahun 1970- 1971, Bakor diubah menjadi  Badan Koordinasi Kehumasan Pemerintah atau Bakohumas  yang diatur melalui  Surat Keputusan Menteri Penerangan Nomor 31/Kep/Menpen/tahun 1971.

"Hebatnya era Soeharto, jubirnya langsung Mensesneg Moerdiono. Ini juga bisa ditiru agar pemerintah Jokowi terarah dan terkonsep bagian juru bicaranya," kata Jerry Massie.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI