Enggan Turunkan Volume Lagu, Sopir Bajaj Tewas Ditusuk

Minggu, 06 September 2020 | 19:02 WIB
Enggan Turunkan Volume Lagu, Sopir Bajaj Tewas Ditusuk
Ilustrasi bajaj (Shutterstock).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Seorang pengemudi tuk-tuk atau bajaj khas Mesir, tewas ditusuk oleh seorang qari, lantaran dinilai terlalu kencang memutarkan lagu bergenre mahgranat.

Menyadur Gulf News, Minggu (6/9/2020), pembaca Al-Quran asal Qalyubiya ini meradang mengetahui sopir bajaj memutar lagu yang menurutnya terlalu keras di depan rumahnya.

Terlebih, lagu tersebut dinilai tak sesuai dengan budaya Mesir. Musik Mahgranat, dikenal memiliki lirik yang mengangkat tema seperti politik, seks, dan kehidupan sehari-hari para pemuda di daerah kumuh Kairo.

Direktur Keamanan Qalyubia, Fakhr El Din Al Arabi, mengatakan sang sopir (19), diduga menolak untuk menuruti permintaan qari Al Quran (27) untuk menurunkan volume suara musik.

Baca Juga: Polisi Tangkap MA, Terduga Pembunuh dan Pengubur Istri di Bawah Ranjang

Akibatnya, pelaku langsung mengambil gunting dari rumah dan menikam dada si sopir. Polisi mengatakan korban tewas di tempat.

Jaksa penuntut umum memerintahkan agar qari muda tersebut ditahan, sembari menunggu penyelidikan dan persidangan lebih lanjut.

Mahgranat termasuk musik aliran luar arus utama di Mesir, di mana musik khas Mesir, shaabi, digabungkan genre elektronik dengan sentuan reggae hingga rap.

Ilustrasi musik elektronik. (Pixabay)
Ilustrasi musik elektronik. (Pixabay)

Musik yang diketahui berasal dari daerah kumuh Kairo sekitar 2006 ini belakangan dilarang di Mesir karena dinilai tak sesuai dengan budaya negara.

Kepala Sindikat Musisi Mesir, Hany Shaker, mengatakan lagu-lagu mahgranat lebih bahaya dari narkoba, menyebutnya tidak seusai untuk Mesir dan sejarah artistiknya.

Baca Juga: Tragis! Ibu di Jerman Bunuh 5 Anaknya dan Lompat ke Arah Kereta

"(Lagu mahgranat) adalah bencana besar yang tidak sesuai dengan Mesir dan seninya atau era indah di bawah Presiden Abdel Fattah Al Sisi," ujar Shaker.

Shaker menambakan, lagu-lagu jenis musik tersebut berbahaya bagi anak-anak dan remaja.

Sindikat Musik Mesir belakangan telah mengeluarkan boikot terhadap semua penyanyi mahgranat tampil di festival, klub, kafe, atau konser lainnya.

Lebih lanjut, Shaker menyebut musisi mahgranat tidak dapat berkarya di Mesir dan mereka tidak akan mendapatkan izin untuk tampil di mana pun.

"Jenis musik didasarkan pada lirik yang kacau dan tidak bermoral, yang sepenuhnya dilarang, dan karena itu, pintunya ditutup. Kami ingin seni yang nyata," katanya.

Keputusan itu diambil setelah insiden saat konser Hari Valentine yang diadakan di Stadion Kairo, di mana Hassan Sahkoush menyanyikan lirik, "saya minum alkohol dan merokok ganja," yang dianggap melanggar prinsip-prinsip masyarakat Mesir.

Dalam siaran pers, Sindikat Musik Mesir memperingatkan semua klub malam, fasilitas wisata, perahu Nil, dan kafe yang menjalin kerjasama dengan musisi mahgranat, akan dijerat dengan hukum.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI