Tutup Akibat Covid-19, Sekolah Disulap Jadi Peternakan Ayam

Minggu, 06 September 2020 | 17:09 WIB
Tutup Akibat Covid-19, Sekolah Disulap Jadi Peternakan Ayam
Sebuah sekolah swasta di Kenya beralih fungsi dari tempat belajar mengajar mnejadi fasilitas peternakan unggas [AP via New York Post]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sebuah sekolah swasta di Kenya beralih fungsi dari tempat belajar mengajar mnejadi fasilitas peternakan unggas. Kondisi itu terjadi sejak seluruh sekolah ditutup akibat pandemi virus Corona.

Menyadur New York Post, Minggu (6/9/2020), kebijakan pemerintah Kenya menutup sekolah sejak Maret 2020 demi mencegah penyebaran virus, memiliki dampak negatif bagi sebagian orang.

Para tenaga pengajar kini kesulitan untuk berjuang menghasilkan uang demi bertahan hidup di masa-masa sulit akibat pandemi virus Corona.

Setelah pemerintah Kenya memutuskan periode penutupan sekolah bakal berlangsung hingga Januari tahun depan, banyak pengajar yang mencari pekerjaan lain.

Baca Juga: Terpopuler Sepekan: Viral Kembar Albino hingga Skincare Abal-abal Terlaris

Beatrice Maina, pemilik sekolah swasa Mwea Brethren School, memilih untuk menjadi peternak ayam. Dia mengubah ruang kelas menjadi kandang dari unggas-unggas tersebut.

Dia mengatakan biasanya sekolah itu dihadiri 300 anak dan 20 guru tetap, kini semuanya terhenti akibat pandemi Covid-19.

"Ini adalah bencana bagi akademisi," kata Beatrice Maina kepada AP dikutip dari New York Post.

Saat ekonomi merosot, Maina kini memelihara kawanan ayam yang dia tempatkan di kelas-kelas yang kurang lebih enam bulan sudah tidak dihadiri siswa-siswi.

Papan tulis sekarang menampilkan catatannya tentang pemeliharaan ayam. Tanggal pemberian obat cacing dan data pakan telah lama menggantikan tabel perkalian.

Baca Juga: Berkebun di Rumah, Cara Berhemat Belanja di Tengah Pandemi

“Saya berharap guru=-guru di sekolah ini pun masih melakukan sesuatu karena hidup harus dilanjutkan,” kata Maina.

Sekolah-sekolah swasta di negara Afrika Timur itu mengatakan bahwa mereka sangat terpukul, kata Peter Ndoro, CEO Asosiasi Sekolah Swasta Kenya.

"Lebih dari 300.000 staf sebagian besar sedang cuti tanpa dibayar sampai kelas dilanjutkan," kata Ndoro.

Sekolah di Kenya telah ditutup sejak Maret. Sekolah umum berada dalam kondisi yang sedikit lebih baik karena pemerintah membayar sejumlah gaji untuk guru dan staf, kata Ndoro.

Meski pemerintah ikut turun tangan dengan masalah ini, Ndoro mengaku khawatir dengan kondisi para pengajar khususnya yang bekerja di sekolah swasta.

“Ini benar-benar mempengaruhi guru kami dan kami tidak tahu apakah mereka akan memiliki… semangat untuk kembali,” kata Ndoro.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI