Suara.com - Pemerintah Prancis menutup 22 sekolah yang tersebar di Prancis daratan dan Pulau Reunion di Samudra Hindia Prancis karena penularan Covid-19 yang meroket.
"Di Prancis daratan, saat ini ada 12 sekolah yang ditutup dari total lebih dari 60.000, ini adalah jumlah yang kecil," ujar Menteri Pendidikan Prancis Jean-Michel Blanquer disadur dari FR24 News.
"Penambahan 10 sekolah di Reunion (pulau), itu berarti 22." sambungnya.
Lebih dari 12 juta siswa kembali ke kelas di Prancis pada hari Selasa, tetapi beberapa orang tua dan persatuan guru menyatakan kekhawatiran atas pembukaan kembali sekolah karena Covid-19.
Baca Juga: Charlie Hebdo Terbitkan Ulang Karikatur Nabi Muhammad SAW
Membela keputusan untuk membuka kembali sekolah, Blanquer mengatakan kepada Journal du Dimanche bahwa Tidak semuanya harus dihancurkan oleh situasi kesehatan.
"Kita harus waspada, tetapi tidak melupakan kebutuhan pendidikan dan sosial, juga tidak menyimpang dari dua tujuan kita: meningkatkan tingkat pendidikan setiap anak dan mengurangi ketidaksetaraan." ujarnya.
Pedoman pemerintah mengatakan bahwa siswa berusia 11 tahun ke atas diharuskan memakai masker di sekolah Prancis, tetapi sekelompok profesional kesehatan berpendapat bahwa ini juga harus berlaku untuk anak-anak berusia enam tahun ke atas.
"Saya lebih suka dia pergi ke sekolah. Tidak mudah belajar dari rumah dan saya harus bekerja juga." ujar Laure Gevaert, yang putrinya bersekolah di Saint-Leu-d'Esserent, utara Paris
Namun dia juga mengatakan ancaman gelombang kedua mengkhawatirkan. "Jika ada kasus di sekolah, itu akan membuat saya khawatir. Saya tidak akan memulangkannya," tambahnya.
Baca Juga: Deschamps Beri Kesempatan Camavinga Unjuk Gigi di Timnas Senior Prancis
Pihak berwenang juga mendorong orang untuk kembali bekerja, karena pemerintah Prancis meluncurkan paket stimulus 100 miliar euro (Rp 1.746 triliun) yang bertujuan untuk menciptakan lapangan kerja dan menyelamatkan bisnis yang kesulitan.
Ada lebih dari 7.000 infeksi baru di Prancis selama 24 jam untuk kedua kalinya dalam dua hari setelah liburan musim panas dan menjadi penularan harian tertinggi di Eropa. Itu mendekati rekor 7.578 kasus yang dicatatkan Pranis pada 31 Maret.
Jumlah tersebut jauh di atas ratusan kasus harian yang dilaporkan pada bulan Mei dan Juni, saat Prancis melonggarkan lockdown dan menguji lebih sedikit orang.
Jumlah orang yang dirawat intensif dengan virus corona juga sedikit lebih tinggi, tetapi jauh di bawah level krisis pada Maret dan April.
Lebih dari 30.600 orang dengan virus tersebut telah meninggal di Prancis, yang memiliki salah satu jumlah kematian tertinggi di Eropa setelah Inggris dan Italia.
Prancis saat ini masuk dalam daftar karantina perjalanan Inggris Raya, yang berarti siapa pun yang memasuki negara tersebut harus mengisolasi diri di rumah selama 14 hari.
Awal pekan ini, siswa dari Inggris dan Wales kembali ke kelas untuk memulai semester musim gugur di tengah pandemi.