Hermawan Sulistyo: Kalau Mau Gaji Lebih, Jangan Jadi Tentara atau Polisi

Rabu, 02 September 2020 | 16:18 WIB
Hermawan Sulistyo: Kalau Mau Gaji Lebih, Jangan Jadi Tentara atau Polisi
Hermawan Sulistyo, Kepala Pusat Kajian Keamanan Nasional Universitas Bhayangkara Jakarta. (Youtube/IndonesiaLawyersClub)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Ia menjelaskan tentang perbedaan pangkat yang dilalui oleh polisi dan tentara muda yang haus ditempuh agar bisa menjadi seorang profesional.

"Kalau polisi itu sempat dihapus Tamtama, karena yang dihadapi itu adalah masyarakat. Bagaimana seorang bintara polri lulusan SMA yang ditempatkan di komunitas masyarakat, di Menteng misalnya, semua penghuninya profesor, doktor, jenderal, segala macem pasti tidak berfungsi, oleh karena itu tidak diambil untuk Tamtama," Hermawan memaparkan.

Dari perbedaan itu, Hermawan lantas mengungkap sejumlah posisi kecil yang biasanya diisi oleh polisi-polisi muda.

"Apa yang terjadi? Sekarang ada lagi alasannya adalah untuk Polair, ada fungsi-fungsi teknis yang minial yang tidak penting, yang terlalu besar kalau dilakukan oleh Bintara, jadilah dia Tamtaman, begitu juga Brimob. Padahal ini kan karir," ungkap dia.

Hermawan menyebut bahwa fungsi-fungsi penugasan polisi ditempatkan di urusan pelayanan publik, bukan di penegakan hukum.

"Tidak ada pikiran misalnya, ya sudah Bintara semua Bintara baru, pekerjaan minial yang kecil yang remeh temeh itu ditempatkan di sana selama satu tahun atau dua tahun. Sama seperti kepolisian Jepang. Semua alumni pendidikan awal itu ditaruh di fungsi pelayanan publik, bukan di penegakan hukum," lanjut Hermawan.

Hermawan beranggapan bahwa penugasan di posisi kecil itu disebabkan oleh struktur pendidikan yang belum cukup membuat para Bintara memahami profesi militer.

"Ini menyebabkan apa? Struktur pendidikannya tidak memenuhi mimpi-mimpi institusional jangka panjang. Akibatnya apa? Ada Bintara PK (Prajurit Karier) di TNI, di polisi ada Bintara level Brigadir Dua (Bripda) itu pendidikannya hanya 7 bulan diutak atik. Enggak ada dana, 7 bulan. Ada dana, 9 bulan. Dapat apa dia? 3 bulan untuk bintara PK itu tidak cukup untuk membentuk jiwa korsa yang memahami profesi militer," ungkap Hermawan.

Ia juga menemukan ada pemahaman tertentu yang harus disadari tentang profesi militer.

Baca Juga: Kepala Dibacok TNI Penyerang Polsek Ciracas, Wahyu Diguyur Uang Rp 6 Juta

"Profesi militer itu adalah kombatan di atas segala-galanya dia penjaga kedaulatan negara. Polisi? Bukan, polisi itu pelayan publik," tegas Hermawan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI