Suara.com - Sebuah sekolah terkemuka di Bihar, India menggunakan ruang kelasnya yang kosong untuk bertani jamur guna menghasilkan pendapatan setelah mengalami kerugian finansial akibat COVID-19.
Menyadur Gulf News, Rabu (2/9/2020), Akademi Mani Dweep yang terletak di distrik Jamui, sekitar 150 km sebelah timur Patna, beralih ke pertanian jamur ketika semua sumber pendapatannya mengering akibat pandemi Covid-19.
Sebelum ditutup, sekolah tersebut memiliki tiga sumber pendapatan yakni biaya sekolah bulanan, kamar yang disewakan kepada siswa untuk mereka tinggal, dan biaya makanan siswa.
Sekolah asal Inggris ini memiliki total 30 ruang kelas dan 1.400 siswa terdaftar dari taman kanak-kanak hingga kelas 10.
Baca Juga: Mantan Presiden India Pranab Mukherjee Wafat Setelah Terinveksi Corona
Namun, hanya melibatkan staf non-pengajar sekolah dalam bisnis sedangkan tugas guru adalah mengambil kelas online.
"Kami mengalami kerugian finansial yang sangat besar karena sekolah tutup dalam waktu lama dan pengumpulan biaya berubah menjadi sangat sedikit," buka Direktur Sekolah Abhishek Kumar kepada Gulf News.
"Kami menghadapi masalah kelangsungan hidup virtual dan sangat sulit bagi kami untuk melakukan pembayaran kepada guru dan staf kami.
"Jadi, kami mencari berbagai pilihan untuk menghasilkan uang dan akhirnya memutuskan untuk bertani jamur karena hanya memerlukan pergerakan minim dan cocok untuk kami saat lockdown yang disebabkan oleh Corona." ungkap Abhishek.
Dia mengumpulkan semua informasi terkait bertani jamur dari internet, mengikuti pelatihan secara online dari ilmuwan pertanian lokal dan membeli benih untuk memulai budidaya jamur di ruang kelas yang kosong.
Baca Juga: Aktivis Lingkungan Daur Ulang Masker dan APD Bekas Jadi Batu Bata
Dia memulai bisnis pada bulan Juni dan sekarang dia menghasilkan banyak uang dari penjualan jamur. Menurutnya, jamur siap digunakan kira-kira dalam waktu sebulan dan merupakan bisnis penghasil uang yang cepat.
"Kami tidak pernah membayangkan budidaya jamur akan mendongkrak perekonomian kami seperti ini. Kami mendapatkan banyak uang dari penjualannya setelah sebulan bertani," kata Abhishek.
Bulan lalu mereka mendapatkan sekitar 200.000 rupee (Rp 40 juta) dari menjual sekitar 100 kg jamur di pasar terbuka dengan harga 200 rupee (Rp 40.000) per kg.
"Sekitar 80 kg jamur masih ada di ruang kelas kami, ujarnya.
Ia mengatakan jamur yang diproduksi di sekolahnya memiliki permintaan pasar yang sangat besar tetapi mereka tidak mampu memenuhi permintaan pasar.
"Sekarang kami telah memutuskan untuk melanjutkan bisnis bahkan setelah sekolah dibuka untuk belajar. Tapi alih-alih ruang kelas kami akan pindah ke tempat lain untuk bertani ini. Ini adalah bisnis yang sangat menguntungkan dengan sedikit kerja dan keuntungan yang tinggi," katanya.
Pihak sekolah kini menargetkan memproduksi 1.000 kg jamur per bulan mulai bulan depan. Sekolah sudah menyiapkan 700 kantong dan akan memproduksi tiga varietas jamur baru.
Saat ini, pihaknya memproduksi jamur tiram dan berencana memproduksi jamur kancing di masa yang akan datang.
"Pertanian jamur adalah cara mudah untuk mendapatkan uang, tetapi yang penting adalah ide yang diluncurkan oleh sekolah akan menginspirasi para pemuda untuk mengadopsi bisnis ini guna memerangi krisis pengangguran yang parah," kata kepala ilmuwan pertanian Jamui, Dr Sudhir Kumar Singh.